Dua pejabat Pemkot dan Bulog diperiksa polisi terkait penyelewengan
Kediri
– Distribusi jatah beras miskin (raskin) untuk rumah tangga sasaran
(RTS) Kota Kediri, selama ini diduga amburadul alias tidak tepat
sasaran. Raskin yang diberikan, sesuai ketentuan setiap RTS mendapat
jatah 15 kg. Namun karena adanya kesepakatan di bawah tangan, kadang
raskin itu dibagi kepada tiga RTS atau masing-masing 5 kg.
Tidak
tepatnya distribusi raskin itu, dibenarkan Walikota Kediri, Samsul
Ashar. Distribusi raskin selama ini dinilainya amburadul dan tidak tepat
sasaran, disebabkan oleh pendataan yang tidak akurat. Ditambahkannya,
Badan Pusat Statistik (BPS) mendata sendiri warga dan tidak kulonuwun
(permisi) atau konfirmasi ke kelurahan. “Sehingga, mestinya ada warga
yang memang membutuhkan tapi tidak kebagian. Sebaliknya, ada warga yang
tidak membutuhkan tapi malah menerima,” kata Samsul.
Walikota
mencontohkan, di Kelurahan Mrican, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri ada
sekitar 90 RTS yang diduga terlewatkan atau lolos dari pendataan.
Sehingga mereka sempat tidak mendapatkan jatah raskin. Karena kejadian
ini, praktik distribusi di lapangan sering terjadi asal merata.
“Biasanya, ini terjadi di tingkat RT atau RW,” kata Samsul.
Dengan
kesepakatan bersama itu, jatah raskin dibagi rata, baik pada RTS atau
warga lain yang merasa tidak mampu tapi tidak mendapat bagian.
Tujuannya, supaya tidak terjadi gejolak sosial. “Tujuannya baik untuk
pemerataan dan untuk menjaga agar tidak terjadi gekolak sosial. Padahal
menurut aturan pemerintah itu tidak boleh atau menyalahi ketentuan,”
terang Samsul Ashar
Karena itu, Walikota
menginginkan data itu dibuat serapi mungkin dan sebenar mungkin. Kalau
memang tidak yakin atau ragu terkait kondisi RTS, sebaiknya
dikonsultasikan pada yang mengetahui. Ini berlaku untuk Pemkot sendiri
maupun BPS. Seperti diketahui, pada Mei 2012, Pemkot pernah mengatakan
jika calon penerima raskin bertambah, yaitu sebanyak 2.971 kepala
keluarga (KK). Sebelumnya penerima raskin sebanyak 11.405 KK namun
dengan kenaikan itu, bertambah menjadi 14.020 KK.
Melonjaknya
penerima raskin ini terjadi setelah adanya perubahan dalam pendataan
program perlindungan sosial (PPLS) yang dilakukan oleh pemerintah pusat.
Selama ini penerima raskin masih mengacu pada hasil PPLS yang dilakukan
pada 2008 sehingga dimungkinkan ada sejumlah warga penerimanya yang
belum terdata. Data tersebut diperbarui oleh pemerintah pusat lewat
program serupa, yaitu PPLS pada 2011.
Sementara
adanya dua pejabat Pemkot yang diperiksa Polres Kediri Kota, karena
diduga terkait dengan proses distribusi raskin. Walikota sangat
mendukung proses hukum yang dilakukan Polisi, terutama dalam upaya
membongkar praktek dugaan penyelewengan raskin. Sehingga ke depannya,
distribusi raskin menjadi lebih baik dan semuanya tetap sasaran.
Dua
pejabat Pemkot yang diperiksa Unit Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)
Polres Kediri, adalah Kepala Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Suprapto
dan Kabag Perekonomian, Edi Lukmono. Selain kedua pejabat Pemkot,
petinggi Bulog Kediri juga ikut dipanggil untuk dimintai keterangan.
Mereka menjelani pemeriksaan di ruang tertutup secara bergiliran sejak
Rabu (23/1).
Dihubungi terpisah, Kapolres
Kediri Kota, AKBP Ratno Kuncoro mengatakan, pemeriksaan terhadap dua
orang pejabat Pemkot Kediri dan petinggi Bulog Kediri dilakukan untuk
mengungkap dugaan adanya penyelewengan distribusi raskin. Namun Kapolres
beum membeberkan hasil pemeriksaan anak buahnya, karena masih terus
berjalan.
Pemeriksaan tiga pejabat ini,
dipicu oleh percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh Tri Kurniawati,
warga Kelurahan Banaran, Kota Kediri dengan dua anaknya diduga terkait
dengan sistem pendistrubusian raskin yang menyimpang pada Desember 2012.
Saat itu Kapolres memerintahkan anggotanya untuk menyelidiki
kemungkinan adanya dugaan penyimpangan distribusi raskin di Kota Kediri.
“Imbasnya diduga mengenai Tri Kurniawati dan dua anaknya,” ujar dia.
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=d1a976668ac68bef48bf214e12b108d6&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar