Minggu, 29 September 2013

37 Ribu Ton Raskin Mangkrak

25 September 2013

SURYA Online, SUMENEP – Di Kabupaten Sumenep ada dua Kades, yakni Desa Kalianget Timur Kecamatan Kalianget, dan Desa Romben Ranah Kecamatan Dungkek, sengaja tidak menebus raskin selama sembilan bulan.

Penyebabnya, pagu yang dikeluarkan pemerintah tidak sesuai dengan data yang diajukan kepala desa. Akibatnya 37.305 ton raskin ngendon di gudang Bulog.

Kepala Gudang Bolog Sumenep, Ainul Fatah membenarkan hingga saat ini masih ada dua kepala desa yang belum melakukan penebusan raskin selama 9 bulan. Pihaknya mengaku tidak tahu alasannya, mski begitu pihaknya sudah beberapa kali melayangkan surat, agar dua kepala desa tersebut melakukan penebusan raskin. "Namun hingga saat ini, dua kades tersebut tetap saja tidak menebus dan membiarkan jatah raskinnya ngendon di gudang kami," papar Ainul.

Anggota Komsi A Hozaini Adzim menyayangkan tidak tertebusnya raskin selama 9 bulan tersebut, sebab raskin merupakan hak masyarakat miskin dan sangat dibutuhkan pencairannya. "Kami sangat menyayangkan, jika ada kepala desa yang tidak menebus raskinnya, apalagi sampai sembilan bulan lamanya,” kata Hozaini.


http://surabaya.tribunnews.com/2013/09/25/37-ribu-ton-raskin-mangkrak

Senin, 23 September 2013

Wawali Palopo Temukan Raskin Kualitas Buruk di Takkalala

23 September 2013

PALOPO, TRIBUN-TIMUR.COM-Wakil Wali kota Palopo, Akhmad Syarifuddin Daud, menemukan Beras Miskin (raskin), yang kualitasnya sangat jelek di kelurahan Takkalala, Kecamatan Wara Selatan.
Wakil Wali kota Palopo, Akhmad Syarifuddin Daud, mengatakan dirinya meminta kepada pihak kelurahan agar segera dikembalikan dan tidak dibagikan kepada seluruh masyarakat yang berhak mendapatkannya, Senin (23/9/2013).
Ia menambahkan kondisi beras tersebut sudah tidak layak lagi untuk di konsumsi karena sudah berwarna kuning, bahkan kualitasnya sangat jelek untuk masyarakat.

"Beras raskin yang tidak layak konsumsi agar segera dilaporkan untuk dikembalikan dan ditukar dengan yang kualitasnya lebih baik," tegas Wawali Palopo itu. (*)

Penulis: Sudirman
Editor: Muh. Taufik

http://makassar.tribunnews.com/2013/09/23/wawali-palopo-temukan-raskin-kualitas-buruk-di-takkalala

Issu Truk Dibakar, Demo Bulog Ricuh

22 September 2013

KM-Madapangga­—Unjukrasa sejumlah kalangan mahasiswa yang menamakan Gerakan Rakyat Anti Korupsi (Gerak) NTB, terus berkobar. Namun inikali, aksi yang dilakukan dipertigaan cabang desa Bolo kecamatan Madapangga, Kamis (20/9) kemarin, berakhir ricuh.
Unjuk rasa yang mendesak Kasub Divre II Perum Bulog Bima dan Kepala Gudang Semi Permanen (GSP) Dolog Madapangga untuk turun dari jabatannya itu, menyusul kualitas maupun kuantitas Raskin yang disalurkan ke warga miskin, kian bulannya memburuk. Bahkan pihak Gerak NTB sendiri menuding ada konspirasi yang menguntungkan antara oknum petugas Bulog dengan mitra kerjanya yang sehingga kualitas Raskin yang menjadi kebutuhan warga miskin tersebut, terkesan dikesampingkan.
Pantauan langsung KM-Madapangga, unjukrasa yang diwarnai bakar ban di jalan lintas sumbawa tersebut, juga menjadi pemicu muncul kericuhan tersebut. Pasalnya, salah satu truk yang antrian akibat tidak bisa melewati jalur itu, dikabarkan dibakar oleh pendemo. Sehingga informasi itupun sampai ke telinga pihak pemilik truk dan kemudian mendatangi pendemo.
            Kehadiran Julkarnain, pemilik truk asal warga desa Tambe kecamatan Bolo itu, juga mengundang aksi spontan kericuhan hingga sempat terjadi adu jotos. Beruntung aparat keamanan mengelerai kedua pihak sehingga kericuhan dapat diredamkan.
            Setelah dilakukan klarifikasi, kedua pihak (pemilik truk dan pendemo) saling memahami keadaan. Namun kelompok Gerak NTB masih mencari sumber informasi yang pemicu persoalan tersebut. “Ini jelas-jelas ada yang memperovokasi aksi damai kami,” kata Rijal, di sela-sela situasi tersebut.
            Sementara itu—kendati kericuhan itu sudah selesai—namun pihak yang sempat melakukan adu jotos, saling lapor ke polisi.  
            Dikabarkan, Rijal yang merupakan ketua aksi tersebut dilaporkan ke polisi karena diduga melakukan pemukulan terhadap Sofian, asal warga desa Tambe. Sekelompok warga Tambe pun berbondong-bondong mendatangi Mapolsek Madapangga mengusut kasus pemukulan itu.

Kedatangan mereka itu diterima langsung Kapolsek Madapangga IPDA Much Nur. “Laporan ini tetap kami terima. Dan, terlapor (Rijal,red) akan dilakukan pemanggilan guna dimintai keterangan. Jelasnya, kedua pihak akan kami panggil sehingga persoalannya dapat diselesaikan dengan musyawarah,” katanya kepada wartawan.(sri)

http://kampungmadapangga.blogspot.com/2013/09/issu-truk-dibakar-demo-bulog-ricuh.html

Minggu, 22 September 2013

Penyaluran Raskinda Terancam Molor

22 September 2013

Solopos.com, SOLO -- Distribusi beras untuk keluarga miskin daerah (raskinda) terancam meleset dari target awal bulan Oktober. Ketidakjelasan mekanisme pengadaan beras disebut-sebut masih mengganjal program pro-rakyat itu.

Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divisi Regional III Solo, Edhy Rizwan, mengatakan model pengadaan raskinda belum diputuskan meski waktu yang tersisa tinggal sebulan. Padahal, pihaknya butuh waktu setidaknya tiga pekan untuk mendaftarkan produknya ke e-katalog.  Konsekuensi itu berlaku bagi pengadaan beras dengan penunjukan langsung maupun lelang yang selama ini masih jadi polemik.

“Kami sulit mengabulkan permintaan Pemkot jika waktu distribusi ditetapkan Oktober. Butuh persiapan hampir sebulan untuk proses e-katalog-nya saja,” ujar Edhy kepada wartawan, Minggu (22/9/2013).

Edhy menyampaikan raskinda selama ini belum termasuk jenis pengadaan barang sesuai Perpres No.70/2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Pihaknya mendesak Pemkot segera memutuskan model pengadaan mengingat penyerapan beras ke petani bisa terkendala musim panen. Jika tak segera diputuskan, Edhy khawatir di bulan-bulan mendatang harga beras akan naik karena stok menipis.

“Jika ditunjuk sebagai mitra, kami harus gerak cepat membeli beras dari petani. Mumpung sekarang musim panen dengan kualitas lagi bagus-bagusnya,” terang dia.

Dengan target sasaran 17.259 keluar miskin, Bulog setidaknya harus menyiapkan beras sekitar 400-500 ton untuk penyaluran program senilai Rp2,1 miliar itu. Edhy siap memplot kualitas raskinda setara beras seharga Rp8.000 per kg. “Kualitasnya jelas berbeda dengan raskin kemarin,” tuturnya.

Sementara itu, Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, tak memermasalahkan jika pengadaan raskinda meleset dari jadwal. Menurutnya, hal itu bisa diakali dengan merapel beras dalam sekali penerimaan. Rencana awal, raskinda diberikan selama tiga bulan mulai Oktober dengan jatah masing-masing 5 kg per bulan.  “Dirapel langsung bulan Desember enggak masalah. Yang penting payung hukumnya jelas,” ujarnya.

Rudy menambahkan, pengadaan raskinda saat ini mengerucut ke penunjukan langsung. Hal itu setelah mencermati Inpres No.3/2012 tentang Kebijakan Pengadaan Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah. “Regulasinya harus pasti, jangan sampai jadi masalah di kemudian hari,” tandasnya.

http://www.solopos.com/2013/09/22/raskinda-penyaluran-raskinda-terancam-molor-449939

Kamis, 19 September 2013

Tunggakan Raskin Pandeglang Mencapai 2 Miliar

18 September 2013

Pandeglang—Hingga saat ini tunggakan raskin yang dilakukan oleh desa yang menerima raskin di Kabupaten Pandeglang  mencapai R 2 miliar. Hal ini menyebakan rendahnya penyerapan raskin bulan 13/14/15 di Pandeglang.

Hal ini terungkap pada rapat kordinasi  yang yang dihadiri  oleh Asda I, Utuy Setiadi, Kepala BPMPD, Tatang, Kepala Bulog, Herman Sadik, Kepala Kantor Ketahanan Pangan, Nuriah dan kepala desa dan camat dari sejumlah  wilayah di Pandeglang, Rabu (18/09/2013).

Kepala Subdivre Bulog Pandeglang-Lebak Herman Sadik yang ditemui wartawan usai rapat koordinasi dengan kecamatan dan desa di kantor BPMPD mengatakan, tunggakan bulan berjalan hingga kini mencapai Rp2 miliar.

“Tunggakannya masih tinggi. Ini menyebabkan distribusi raskin tidak maksimal. Pertemuan ini juga membahas bagaimana agar raskin ini bisa terserap seluruhnya,” kata Herman.

Dia mengatakan, untuk raskin ke 13, tingkat distribusinya baru mencapai 33 persen. Kemudian, untuk raskin ke 14, baru mencapai 17 persen dan raskin ke 15 baru mencapai 4 persen. Rendahnya penyaluran raskin, tidak terlepas masih banyaknya tunggakan yang dilakukan oleh desa.

Menurutnya, rapat evaluasi ini untuk mempercepat distribusi raskin di Pandeglang. Diharapkan, adanya komitmen untuk percepatan distribusi raskin ini bisa membuat seluruh raskin yang dialokasikan untuk wilayah Pandeglang bisa terserap dan diterima oleh penerima manfaat.

Sementara itu, Kepala Kantor Ketahanan Pangan Pandeglang, Hj. Nuriah mengatakan, pihaknya mengundang kepala desa dan kecamatan untuk melakukan evaluasi distribusi raskin. Dalam pertemuan itu, ada kesepakatan untuk menyelesaikan pendistribusian raskin dan membentuk tim koordinasi.

“Raskin ini harus terserap karena memang masuk pada program nasional. Berbagai keluhan terkait distribusi ini sudah ditampung dan akan dilakukan evaluasi,” katanya.

Keluhan yang disampaikan, ungkap Nuriah, diantaranya mengenai kualitas beras raskin, toleransi untuk membayar serta lainnya. Kemudian, juga terkait biaya distribusi dari bulog ke titik distribusi.

“Untuk distribusi nantinya akan ada biaya operasional yang sudah dianggarkan dalam APBD perubahan. Besarannya saya belum tahu, sebab itu hanya untuk biaya transport dan pengawalan,” katanya.

Bantuan biaya operasional ini, tambah Nuriah, selain bersumber dari APBD perubahan juga ada bantuan dari pemprov Banten. Bantuan ini untuk distribusi raskin sampai ke titik desa yang menjadi sasaran distribusi raskin. (TS)

http://www.mediabanten.com/content/tunggakan-raskin-pandeglang-mencapai-2-miliar

Minggu, 15 September 2013

Warga Aceh Utara Keluhkan Bantuan Raskin Berkutu dan Tak Layak Konsumsi

14 September 2013

LHOKSUKON - Warga Gampong Paya Itek Kabupaten Aceh Utara mengeluhkan bantuan Beras Miskin (Raskin) yang disalurkan oleh Bulog kepada warga yang tidak mampu.Hal itu dikarenakan beras bantuan yang diberikan tidak layak konsumsi, dimana terdapat binatang kecil jenis kutu, serta beras tersebut bewarna agak kekuningan (kusam).

Sekretaris Desa (Sekdes) Gampong Paya Itek Zulbahri kepda acehonline.info, Jumat (13/9) mengatakan, dirinya merasa kecewa terhadap Bulog Aceh Utara, yang telah memberikan beras yang tidak layak konsumsi tersebut.

"Kejadian seperti ini sudah berulang kali. Ini merupakan kedua kalinya kami menerima beras seperti ini. Kami minta Bulog mengecek Raskin yang sebelum disalurkan, karena yang menerima nantinya adalah warga miskin. Jika tidak, bulog lebih baik tidak perlu lagi memberi Raskin, jika yang diberikan adalah beras yang tidak bisa dikonsumsi seperti ini," imbuhnya.

Sementara itu Kepala kantor Bulog Aceh Utara Saifullah saat dikonfirmasi acehonline.info menyatakan akan mengganti beras yang tidak layak konsumsi tersebut, dan meminta kepala desa untuk melaporkannya ke Bulog.

"Jika ada raskin yang tidak layak konsumsi, silahkan dilaporkan kepada kami, supaya bisa diganti dengan rakin yag bagus," ujarnya.(Khairul Anwar)
 

Beras Raskin Jadi Pakan Ayam

14 September 2013

Kualitas buruk. Banyak kutu dan bau.

BANDA ACEH – Beras yang setiap bulannya disalurkan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk masyarakat miskin terpaksa dijadikan pakan ayam oleh penerima karena beras tersebut tidak layak dikonsumsi. Warga tidak mengonsumsi beras tersebut karena kualitas beras yang sangat rendah.

Sejumlah warga di Aceh Besar, Jumat (13/9) mengaku, beras raskin yang dibagikan kepada warga dengan membeli sekitar Rp 2.000 per kilogram selalu tidak bagus. Warga menerima banyak kutu atau beras tersebut baunya sangat aneh saat dimasak.

“Beberapa kali saya menemukan beras raskin yang dibagikan Bulog tidak bisa dimakan, kadang ada kutu, tetapi yang selalu terjadi, beras tersebut tidak sanggup dimakan karena bau dan rasa yang sangat aneh,” ujar Muhibuddin, warga Lampeuneurut, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.

Pria yang kerap disapa Cek Muhib ini mengaku, karena kualitas berasnya sangat rendah, akhirnya beras subsidi pemerintah tersebut terpaksa diberikan untuk ayam. “Daripada terbuang, ya saya berikan saja untuk ayam setelah beras tersebut saya masak, anggap saja saya beli beras itu sebagai ganti membeli dedak untuk pakan ayam,” tuturnya.

Cut Hindon, warga Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar juga mengatakan hal yang sama, beras jatah dirinya yang diterima dari Bulog setiap bulannya selalu tidak bisa dikonsumsi karena kualitasnya tidak bagus, “Saya tidak makan beras itu, tapi saya jual untuk warga lain yang memelihara ayam, uang hasil penjualan beras itu saya beli beras lain meskipun harganya tidak sama,” ujar Cut Hindon.

Menurut Cut Hindon, beras subsidi pemerintah untuk keluarga miskin tersebut merupakan beras paling murah dan paling tidak bagus kualitasnya. Ia juga mengaku sering menerima beras yang sudah berwarna kuning dan lembap. “Kalau beras jelek itu dikonsumsi warga, warga miskin bukannya terbantu malah tambah menderita karena akan mengidap banyak penyakit,” tuturnya.

Menurut Cut Hindon, ia pernah berniat untuk tidak mau membeli beras murah tersebut karena tidak bisa dimakan, tetapi niat tersebut diurungkan setelah tetangganya bersedia membeli beras tersebut untuk pakan ayam. “Karena ada yang mau membeli untuk pakan ayam makanya saya mau mengambil beras tersebut,” katanya.

Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, T Setia Budi mengatakan, program raskin memberikan akses pangan, baik secara fisik maupun ekonomi dengan harga jual yang terjangkau oleh masyarakat.

“Tujuan program raskin untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras,” tutur T Setia Budi.

Setia Budi mengatakan, pada 2013 pemerintah pusat melalui Surat Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia telah menetapkan pagu raskin Aceh sebesar 64.209.600 kg dengan jumlah sasaran sebanyak 356.720 rumah tangga sasaran (RTS).

Sumber : Sinar Harapan

http://shnews.co/detile-24909-beras-raskin-jadi-pakan-ayam.html

Jumat, 13 September 2013

Hiii..Raskin di Trenggalek Ada Ulatnya

13 September 2013

KBR68H, Trenggalek - Warga di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, mengeluhkan buruknya kualitas beras jatah untuk warga miskin (Raskin) yang didistribusikan Badan Urusan Logistik (Bulog) setempat.


Salah satu Ketua RT di Kecamatan Suruh Trenggalek, Suwito mengatakan kondisi raskin tersebut rata-rata hancur, banyak ditumbuhi jamur, ulat dan bercampur gabah.


"Beras ini adalah beras sembako yang tidak layak makan yang diberikan kepada masyarakat miskin. Tidak layak karena warnanya buyu (kusam), banyak habahnya, banyak yang merah-merah. Banyak warga tidak mau mengambil. Untuk sementara kita tampung, kalau masyarakat terpaksa tidak mau ya dikembalikan," kata Suwito.


Buruknya kualitas beras khusus warga miskin itu membuat sebagian warga enggan mengambil jatah mereka. dan dibiarkan berada di rumah sang ketua RT.


Terkait kondisi itu, sejumlah warga berencana mengadukan permasalahan tersebut ke DPRD setempat dan meminta pertanggungjawaban Bulog. Suwito menambahkan, selama dua tahun terakhir pihaknya baru tiga kali menerima beras miskin yang berkualitas bagus.


Editor: Antonius Eko

http://www.portalkbr.com/nusantara/jawabali/2932924_4262.html

Beras Raskin Bercampur Serpihan Beling dan Pasir Dikembalikan Warga

13 September 2013

PARIMO, LINDO - Kurang lebih 500 kilo gram beras untuk warga miskin (Raskin) di Desa Tomini dan Desa Ambesia Barat Kecamatan Tomini ditemukan rusak alias tidak layak dikomsumsi. Akibatnya, Raskin yang dibagikan oleh aparat desa setempat, terpaksa dikembalikan setelah diketahui kondisi beras tersebut berubah warna, bercampur pasir dan bercampur serpihan beling.

Seperti penuturan Kepala Desa Tomini, Aidin H Laocadi kepada LINDO membenarkan warganya telah mengembalikan Raskin milik pemerintah itu dengan alasan rusak alias tidak layak dikomsumsi. Aidin mengakui, kejadian ini baru kali ini terjadi dan hingga kini belum mengetahui penyebabnya.

Akibat kejadian itu, warga merasa kewcewa dan mengembalikan Raskin ke aparat desa. Apalagi ada sebagian warga yang mencoba memasak beras tersebut, dan menemukan beras yang sudah bercampur pasir dan serpihan belihan.

“Kasian warga kami, kalau beras berubah warna yah tentu kami masih bisa tolerir, tapi ini sudah bercampur pasir dan serpihan kaca, hal ini sangat membahayakan. Bahkan ada sebagian warga tidak mau konsumsi beras raskin, mereka lebih memilih mengkomsi pisang rebus bersama anggota keluarganya karena beras yang baru saja diambil dibalai desa tidak layak dimasak karena sudah bercampur pasir dan pecahan beling. Mengetahui kondisi itu warga beramai-ramai mengembalikan beras tersebut di rumah kepala desa,” ungkap Aidin kepada LINDO, Kamis (12/9).

Melihat kondisi warganya yang mengeluh akibat raskin yang diterimanya tidak wajar, kata Kades, pihaknya langsung mengkonfirmasi dengan pihak Bulog yang berada di Kecamatan Ongka Malino. Pihak Bulog mengaku bersedia mengantikan beras yang baru dan menyarankan agar beras tersebut dikumpulkan untuk ditarik kembali.

“Saya sudah laporkan ke pihak Bulog, dan alasan mereka tidak tahu menahu kenapa beras tersebut rusak dan bercampur pasir dan serpihan kaca. Saran dari Bulog hanya menyampaikan ke kami (Pemdes) agar beras tersebut dikumpul untuk ditarik kembali oleh pihak Bulog,” ujarnya.

Sementara pihak Bulog Ongka Malino Iksan saat dikonfirmasi LINDO, mengatakan adanya temuan Raskin tidak layak komsumsi yang ada di Desa Tomini yang sudah ditangani dengan cara menarik dan menggantikan kembali. Ia menyebutkan beras yang rusak bukan hanya ditemukan di Desa Tomini saja namun kondisi beras rusak juga ditemukan di Desa Ambesia Barat Kecamatan Tomini. Beras dari dua desa tersebut kata dia, sudah masuk di Gudang Bulog sekitar 160 karung lebih.

“Iya memang ada beras yang bercampur serpihan kaca dan sudah saya lihat. Adanya temuan hal tersebut karena bukan kelalian kami, apalagi tuduhan  dari pihak kami yang sengaja memasukan pecahan beling ke dalam karung, itu tidak benar. Kami sudah menarik beras Raskin yang rusak ke gudang dan kami sudah ganti kembali sesui kesepakatan bersama dengan warga,” pungkasnya. (ADY/EKO)

http://medialiputanindonesia.com/berita/berita-utama/53934-beras-raskin-bercampur-serpihan-beling-dan-pasir-dikembalikan-warga.html

Senin, 09 September 2013

Raskin Seperti Tepung, Asisten II Tomohon Akan Cek ke Bulog

8 September 2013

TRIBUNMANADO.CO.ID, TOMOHON - Keluhan warga terkait adanya raskin tak berkualitas yang disalurkan, mengundang keprihatinan dari Pemerintah Kota Tomohon. Perhatian serius pun langsung diberikan dengan melakukan pengecekan langsung kepada Bulog sebagai penyalur raskin.

"Pemerintah akan segera menyampaikan kepada Bulog bahwa di Tomohon ada raskin yang mutunya jelek dan tak layak dikonsumsi warga. Ini tentu menjadi perhatian serius pemerintah, tak akan dibiarkan begitu saja, karena beras yang diterima warga juga dibayar tak hanya diterima gratis," kata Ervinz Liuw, Asisten II Pemerintah Kota Tomohon, kemarin.

Pemerintah kata dia akan meminta data di seluruh kelurahan yang menerima raskin rusak, untuk diganti lagi dengan beras yang berkualitas.

"Jika memang ada raskin yang rusak, maka baiknya tidak dikonsumsi karena akan sangat membahayakan. Semua yang rusak harus dikumpul dan didata sebagai barang bukti untuk meminta ganti kepada Bulog," tukasnya. (war)

Penulis: Warsteff_Abisada
Editor: David_Kusuma

http://manado.tribunnews.com/2013/09/08/raskin-seperti-tepung-asisten-ii-tomohon-akan-cek-ke-bulog

Jumat, 06 September 2013

Tunggakan Raskin di Bulog Indramayu Capai Rp 2,8 Miliar

6 September 2013

INDRAMAYU, (PRLM).-Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivisi Regional (Subdivre) Indramayu melaporkan, tunggakan raskin dari sejumlah desa hingga Agustus 2013 mencapai Rp 2,8 miliar. Tunggakan tersebut di antaranya menyebabkan 228,45 ton raskin ke-14 sebagai kompensasi kenaikan harga BBM belum tersalurkan.

Wakil Kepala Bulog Subdivre Indramayu, Heri Sulistyo menuturkan, tunggakan sebesar Rp 2,8 miliar itu terdiri atas Rp 1,7 miliar tunggakan raskin reguler dan Rp 1,1 miliar untuk raskin tambahan sebagai kompensasi kenaikan BBM.

“Sejumlah desa yang menunggak pembayaran, raskin ke-14 dan ke-15 belum bisa disalurkan, begitu juga dengan raskin reguler. Peraturannya seperti itu,” ujarnya di Kantor Bulog Subdivre Indramayu, Kamis (5/9/2013).

Sejak awal September ini, kata Heri, Bulog sudah mulai menyalurkan raskin ke-15 untuk 174.002 rumah tangga sasaran (RTS) masing-masing sebanyak 15 kg. Penyaluran raskin ke-15 ini dilakukan beriringan dengan penyaluran raskin reguler.

Sebelumnya, Bulog Subdivre Indramayu juga telah menyalurkan raskin ke-13 dan ke-14 sejak Juni-Agustus lalu. Namun, sebanyak 228,45 ton raskin ke-14 dengan nilai Rp 775,5 juta itu belum tersalurkan lantaran sejumlah desa masih menunggak pembayaran.

“Untuk raskin ke-15 sampai 3 September lalu sudah tersalurkan 205 ton. Penyaluran raskin ke-15 saat ini terus berjalan beriringan dengan raskin reguler,” katanya.

Penambahan kuota raskin sebagai kompensasi kenaikan harga BBM tersebut berdampak pada penyerapan raskin di delapan gudang Bulog Indramayu. Jika setiap tahun hanya dibutuhkan 31.320 ton dengan alokasi 2.610 ton per bulan, tahun ini dibutuhkan 39.150 ton atau bertambah 7.830 ton dari biasanya.

Meski demikian, Heri menegaskan, pengadaan raskin di delapan gudang Bulog Subdivre Indramayu hingga awal September ini masih 61.000 ton. “Dalam kondisi normal, stok sampai bulan ini cukup untuk dua tahun ke depan.” katanya.

Tahun ini, Bulog Subdivre Indramayu menargetkan pengadaan beras sebanyak 100.000 ton atau 18 persen dari target Bulog Divre Jawa Barat sebanyak 550.000 ton. Hingga kini, sekitar 73.000 ton atau 73 persen dari prognosis Bulog Subdivre Indramayu tahun ini sudah tercapai. (A-192/A-89)***

http://www.pikiran-rakyat.com/node/249555

Rabu, 04 September 2013

Beras Raskin Buruk, Puluhan Warga Protes di Bima, Nusa Tenggara Barat [3...

Warga Tambrauw Kesulitan Mendapat Raskin

4 September 2013

TAMBRAUW (Suara Karya): Warga Distrik (kecamatan) Sausafor, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, kesulitan mendapat pembagian beras untuk warga miskin (raskin).

    Warga di Tambrauw beberapa waktu lalu sempat mendapat perhatian nasional karena sebagian di antara mereka menderita kasus busung lapar dan dilaporkan meninggal dunia.

    Menurut informasi yang diperoleh Suara Karya, potensi kelaparan itu terjadi karena warga di sana tidak memiliki uang lagi.

    Mereka kesulitan menjual hasil kebunnya ke Kota Sorong karena terhadang jalan tidak baik, sehingga mobil umum tak masuk ke daerah mereka. Pemerintah diminta memberi solusi agar warga bisa segera mendapat raskin.

    Kasub Dolog Sorong, Firmasyah, ketika dikonfirmasi wartawan kemarin di kantornya membenarkan ada dua distrik, termasuk sejumlah titik pada Distrik Sausafor, belum menerima beras raskin karena belum dibayarkan. "Kami siap menyalurkan beras raskin ke Tambrauw khususnya pada dua distrik itu ketika sudah lunas dibayarkan ke Bank," katanya.

    Dikatakan Firmansyah, warga harus mengumpulkan uang untuk mendapatkan beras yang sudah ditentukan kepada distrik setempat. Oleh petugas distrik, uang itu disetorkan ke Bank yang ditentukan, kemudian barulah Dolog mengeluarkan delivery order (DO ). Inilah proses untuk mendapatkan beras khususnya Raskin kepada warga yang berhak menerimnya.

    Warga Sausafor, ketika dihubungi wartawan mengatakan, mereka memang menginginkan segera menerima beras raskin itu, tapi tidak punya uang. Pasalnya, hasil kebun mereka seperti pisang dan umbi-umbian tak bisa dipasarkan ke Kota Sorong karena jalan yang rusak sehingga mobil penumpang mau pun angkutan barang tak masuk ke Sausafor.

    Pihak Distrik Sausafor ketika dikonfirmasi membenarkan bahwa hingga kemarin belum ada setoran uang raskin dari masyarakat. Oleh karena itu benar bahwa raskin untuk dua distrik di Kabupaten Tambrauw belum direalisasikan.

    "Benar kami belum menyetor uang ke dolog Sorong, sehingga raskin untuk dua distrik di Tambrauw hingga kemarin belum diambil dari Dolog," kata Matius, salah seorang PNS di Kantor Distrik Tambrauw. (Yacob Nauly)

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=333814

Selasa, 03 September 2013

Raskin Ponorogo Tak Layak Konsumsi

2 September 2013

SURYA Online, PONOROGO-Sejumlah penerima beras untuk rakyat miskin (Raskin) asal Kabupaten Ponorogo mengeluhkan beras yang dibagikan Badan Urusan Logistik (Bulog) Ponorogo di bulan Agustus 2013 lalu tidak layak konsumsi.

Pasalnya, selain beras yang dibagikan dalam karung ukuran 15 kilograman itu mutunya buruk karena kusam, berwarna kekuning-kuningan, lebih banyak menirnya (beras rontokan) serta ada beras yang menggumpal layaknya bekas dimakan ulat beras.

Oleh karenanya, warga yang terlanjur mendapatkan beras raskin bermutu jelek itu, tidak mau mengonsumsinya. Akan tetapi, justru digunakan untuk menyumbang tetangga dan kerabat yang memiliki hajatan di bulan yang makin banyak warga memiliki hajatan saat ini.

Keluhan raskin tak layak konsumsi karena kualitasnya buruk itu salah satunya disampaikan, Misni (50) warga Desa Munggu, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo. Oleh karenanya meski sudah menerima raskin 15 kilogarm itu, pihaknya tak mengkonsumsinya melainkan disumbangkan untuk hajatan tetangga atau sanak saudaranya.

"Warnanya kuning, hancur, dan dipenuhi gumpalan kayak bekas dimakan ulat beras," terangnya kepada Surya, Senin (2/9/2013).

Selain itu, Misni mengungkapkan jika kasus beras berkualitas buruk itu baru bulan Agustus ini diterimanya. Alasannya, selama menjadi penerima raskin baru kali ini mendapatkan beras berkualitas buruk.

"Kami berharap Bulog kedepan mengirimkan beras yang dimakan dan bagus," imbuhnya.

Sementara, Kepala Bulog Ponorogo, Muhammad Yusuf S mengaku sangat berterima kasih saat mendapatkan informasi adanya raskin bulan Agustus yang diaggap warga bermutu jelek dan tidak layak dikonsumsi itu.

Pihaknya berjanji akan menjadikan kejadian tersebut, sebagai pembelajaran dan memperketat pengawasan terhadap distribusi raskin.

"saya sangat berterima kasih atas informasinya. Kami akan lebih hati-hati dan akan menjadikan kejadian ini sebagai pembelajaran berserta seluruh jajaran Bulog Ponorogo agar lebih memperketat pengawasan raskin yang akan didistribusikan agar tidak terulang lagi.

Jika beras jelek dan belum dibuka di dalam karung dan belum dibagi maka akan diganti secara langsung oleh Bulog," katanya.

Selain itu, Yusuf mengungkapkan kualitas beras buruk yang masuk ke dudang Bulog Ponorogo itu tidak mengetahui persis penyebabnya. Namun dirinya memastikan, jika berdasarkan hasil kroscek dan pengawasannya hanya ada 10 persen beras berkulitas buruk yang dikeluhkan warga itu.

"Saya sebenarnya tidak yakin dalam satu truk beras bermutu seperti ini (buruk) semua. Kemungkinan ini bisa terjadi karena kebetulan  atau beberapa karung saja. Kami bisa melihat dan mengecek itu hanya 10 persen. Sedang yang 90 persen berkualitas baik."

Kalau dalam satu truk kebetulan yang dicek buruk ya ditolak langsung, tapi kalau yang dicek bagus ya lolos semua. Makanya dengan kasus ini kami akan lebih hati-hati lagi atas pendistribusian raskin. Raskin yang terlanjur dibagikan dan dikeluhkan warga kami siap menggantinya jika kondisinya masih utuh.

http://surabaya.tribunnews.com/2013/09/02/raskin-ponorogo-tak-layak-konsumsi