Selasa, 29 September 2015

Kualitas Raskin Tidak Sesuai Harapan

Selasa, 29 September 2015

BANYUMAS, suaramerdeka.com – Kualitas raskin yang didistribusikan dinilai belum sesuai harapan masyarakat. Pasalnya masih ditemukan butiran raskin yang pecah-pecah dan warnanya tidak bersih.

Kades Pasir Kulon, Kecamatan Karanglewas, Muhammad Samsi, mengatakan secara umum kualitas raskin sudah lebih baik dibanding tahun sebelumnya. “Tapi belum sesuai dengan harapan masyarakat,” katanya, Selasa (29/9).

Hari ini pihaknya menerima kiriman raskin kurang lebih sebanyak 2,3 kuintal. Raskin tersebut diperuntukkan bagi 154 kepala keluarga. Untuk pendistribusian dari desa ke masyarakat dilakukan melalui RT masing-masing.

Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat Peduli Rakyat (LPKSM Perak), Saleh Darmawan, mengatakan butiran raskin yang pecah kemungkinan disebabkan karena proses bongkar muat.

(Fadlan M Zain/CN19/SMNetwork)

http://berita.suaramerdeka.com/kualitas-raskin-tidak-sesuai-harapan/

Harga Raskin Mencekik Leher, Rakyatpun Menjerit

Senin, 28 September 2015


Beras RaskinHUMBAHAS, SAMOSIRGREEN.com – Harga beras miskin (raskin) yang notabene disubsidi pemerintah agaknya tidak lagi berpihak kepada masyarakat miskin tersebut.

Betapa tidak, di beberapa desa pada Kecamatan Tarabintang-Kabupaten Humbang Hasundutan, harga raskin mencapai level Rp 40 ribu/ 15kg.

Sementara, catatan wartawan Samosirgreen.com, harga raskin dari bulog hingga ke kantor camat setempat hanyalah Rp 24 ribu/ 15 kg.

Investigasi wartawan dilapanngan pada Minggu, (27/9), sejumlah desa  yang menggelembungkan harga raskin di kecamatan Tarabintang, adalah Desa Simbara, Desa Siantar Sitanduk, Desa Mungkur dan beberapa desa lainnya.

Tidak hanya di Kecamatan Tarabintang, harga raskin yang mencekek leher itu juga dialami sejumlah desa di Kecamatan Parlilitan dan hal yang sama disinyalir terjadi di kecamatan lainnya tanpa terkecuali.

Warga Desa Simbara, Lasmi Br Buaton, (28 thn), kepada wartawan pada Minggu (27/9), mengaku tingginya harga raskin yang diperoleh dari aparat desa itu sudah berlangsung lama.

Selain tingginya harga raskin, kata Lasmi, pendistribusian raskin di desa terpencil itu tidak menentu dan terkesan sesuka hati aparat desa.

“Rp 40/karung isi 15 kg tidak lagi hal baru bagi kami, namun sudah berlangsung lama,” terang wanita yang tengah hamil tua itu.

Senada dengan itu, R. Sihotang warga Desa Mungkur kepada wartawan mengaku bahwa harga raskin di Desanya Rp 40 ribu/karung isi 15 kg. Menurutnya, tingginya harga raskin itu sudah ketetapan perangkat desa  tanpa bisa diganggu gugat.

Terpisah, Kades Mungkur, Sumban Mungkur saat dikonfirmasi wartawan mengakui harga raskin Rp 40 ribu/ 15 Kg. Sementara, alokasi raskin ke Desa Mungkur sekitar 4,5 ton/ tribulan.

Sumban berdalih, tingginya harga raskin itu bertujuan untuk menanggulangi pemberian beras kepada anak yatim-piatu dan lansia yang tidak bisa mencari nafkah. Harga tersebut sesui dengan kesepakatan perangkat desa dan masyarakat,” tukasnya.

Sumban juga membeberkan, bahwa harga raskin diambil dari kantor camat Tarabintang sebesar Rp 27 ribu/ 15 Kg. Artinya dari harga normal, pihaknya menyetorkan Rp 3 ribu/ karung isi 15 Kg ke kantor camat dengan dalih sebagai administrasi.

Sementara itu, Camat Tarabintang saat dikonfirmasi wartawan tidak berhasil karena tidak berada di tempat. Dihubungi via selulernya juga tidak aktif.

Sebelumnya, Hulman Sinaga, warga Desa Baringin Natam Kecamatan Parlilitan, kemarin, mengatakan bahwa satu karung raskin isi 15 Kg sebesar Rp 38.000. Sementara, menurut Sinaga, harga tersebut belum pernah disepakati oleh warga.

Terpisah, warga Desa Lae Ardan, Parlilitan, Andri Nainggolan kepada wartawan mengatakan, harga raskin di desanya sebesar Rp 40 per 15 kg. “Kami tidak tau kesepakatan itu dari mana, tetapi itulah harga yang kami bayarkan kepada perangkat desa,” ujar ayah lima anak itu. (Sg01)

http://www.samosirgreen.com/index.php/2015/09/28/harga-raskin-mencekik-leher-rakyatpun-menjerit/

Senin, 28 September 2015

Ini Ungkapan DPRD Soal Beras dari Bulog yang Tidak Layak Konsumsi

Minggu, 27 September 2015

CIKARANG – Wakil Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Bekasi, Tata Saputra, Minggu, (27/9/2015), meminta Bulog menyediakan beras miskin (raskin) yang lebih layak bagi masyarakat di Kabupaten Bekasi.

Sebab, kata politisi PDI-P ini hingga kini masih ditemukan dengan mudah warga miskin yang mendapatkan raskin dengan kondisi tak layak konsumsi.

“Masyarakat penerima raskin mendapati beras berbau dan seperti menir, jangan ditebus. Bulog harus menyiapkan raskin yang lebih layak dong untuk dikonsumsi masyarakat Kabupaten Bekasi itu,” cetusnya.

“Beli beras dari petani langsung itu sudah dipastikan beras bagus dan tak mungkin rusak. Itu mah seperti sudah lama berasnya yang dikasihkan ke masyarakat,” katanya.

Dia berharap Bulog tidak asal ketika mendistribusikan raskin tanpa melakukan pengecekan terlebih dahulu.

“Bulog jangan mendistribusikan raskin secara asal-asalan. Kan fisik dari beras itu bisa diperiksa lebih seksama. Jangan terulang lagi kedepannya soal ini. Artinya harus yang layak lah ke masyarakat itu,” tambahnya.

“Nah bagi pemerintah desa juga harus ikut menyeleksinya tanpa melakukan pemeriksaan dulu,” tambahnya.

Warga Pendalian, Rohul Terima Raskin tak Layak Konsumsi

Minggu, 27 September 2015

Kualitas beras program Raskin yang dibagikan pada masyarakat Pendailan IV Koto, Rohul sangat buruk. Tak layak konsumsi.

Riauterkini-PASIRPANGARAIAN- Warga di Kecamatan Pendalian IV Koto, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) menilai beras miskin (Raskin) yang mereka terima setiap tiga bulan sekali tak layak konsumsi.

Seperti terjadi di Desa Air Panas, Kecamatan Pendalian IV Koto, beberapa warga mengakui 15 kilogram Raskin jatah 3 bulan yang baru mereka terima, Rabu (23/9/15), tak layak konsumsi karena kondisinya hancur, atau biasa disebut warga "beras menir".

Rustam misalnya. Pria 56 tahun tinggal di RT 09/ RW 05 Desa Air Panas menuturkan dirinya terpaksa menerima Raskin tak layak konsumsi tersebut karena kondisi ekonomi sedang sulit sekarang ini.

"Mau bagaimana lagi, dalam ekonomi keluarga yang sedang tidak stabil, saya terpaksa memasak beras ini, tapi harus dicampur dengan beras lain. Mau beli beras di warung tak mampu, harganya bisa Rp 11 ribu per kilo," ujarnya, Ahad (27/9/15).

Rustam mengharapkan kepada Pemerintah agar memberi jatah beras layak kepada rakyatnya. Tidak disamakan dengan hewan.

"Walau namanya beras miskin, tapi jangan asal ngasih saja tanpa memperhatikan kualitasnya. Kami juga manusia pak," harap Rustam.

Warga Air Panas lain mengakui sengaja tidak menebus jatah Raskinnya. Ia menilai beras pecah itu sepantasnya untuk makanan ayam, bukan makanan manusia.

"Menurut saya sama dengan menir (beras pecah) dan rasanya pasti kurang enak. Ini cocok untuk makanan ayam. Kejadian seperti ini sudah sering, dimasak sangat tidak enak, dan akhirnya untuk makanan ayam saja," kata warga Air Panas yang tidak mau namanya ditulis.

Harga Raskin Lebih Mahal

Dari informasi dirangkum riauterkini.com, Raskin dibeli warga seharga Rp 2.100 per kg. Sementara diketahui warga, harga dari kecamatan hanya Rp 1.900 per kg.

Terlepas itu, Kaur Kesra Desa Air Panas Karmidin menerangkan bahwa penerima bantuan Raskin di desanya ada 81 kepala keluarga atau KK, namun saat pembagian kuota selalu lebih. Karena setiap tiga bulan sekali pihaknya menerima 243 karung Raskin, kemasan 15 kg.

Karmidin mengakui benar harga Raskin dari kecamatan Rp 1.900 per kg, namun karena ada biaya lansir dan biaya bongkar muat Rp 300 per kg, harga Raskin dijual ke warga menjadi Rp 2.100 per kg.***(zal)

Minggu, 27 September 2015

Sentil Bulog soal Raskin Tidak Layak Konsumsi

Minggu, 27 September 2015

JawaPos.com - Bupati Madiun Muhtarom kecewa berat dengan Bulog Divre IV. Karena kualitas beras untuk warga miskin (raskin) yang beredar kembali tidak layak konsumsi.

Menurut Muhtarom, kejadian yang terus berulang harus jadi catatan Bulog Sub Divre IV Madiun. Karena itu pihaknya meminta Bulog untuk lebih selektif mendistribusikan raskin.

"Kalau seperti ini terus jelas tidak efektif dan mubazir. Sebab, Bulog harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menukar raskin kualitas buruk itu. Jadi harus selektif mengeluarkan raskin," cetusnya seperti yang dikutip Radar Madiun (Jawa Pos Group).

Agar kasus yang telah terjadi dua kali di Kabupaten Madiun ini tak terulang, Muhtarom memerintahkan Bagian Perekonomian untuk turut mengawasi proses distribusi raskin. Dia juga menegaskan, upaya penukaran raskin kualitas buruk dengan yang layak konsumsi hukumnya wajib.

"Selama ini kami juga turut membantu ngopyaki wilayah-wilayah yang pembayaran raskinnya lambat. Istilahnya, ada uang ada beras (raskin, red)," ungkapnya. (fin/sat/JPG)

http://www.jawapos.com/read/2015/09/27/4946/sentil-bulog-soal-raskin-tidak-layak-konsumsi-

Sabtu, 26 September 2015

Warga di Madiun Kembalikan Raskin Mutu Jelek

Sabtu, 26 September 2015

MADIUN (BM) – Warga di Kabupaten Madiun, terpaksa mengembalikan jatah beras bagi warga miskin (raskin) yang diterimanya ke Bulog, karena jelek dan tidak layak konsumsi.

"Raskin ini akan kami kembalikan ke Bulog karena saat diterima kondisinya berkutu, berbau apek, dan warnanya kekuningan. Pokoknya tidak layak dimakan," ujar salah satu warga Kelurahan Wungu, Kecamatan Wungu, Joko Setiono, Jumat (25/9).

Untuk mengembalikannya ke Bulog, warga sengaja mengumpulkan raskin ke kantor kelurahan setempat. Setelah itu, akan dikoordinasikan petugas kelurahan kepada Bulog.

"Kami minta Bulog segera mengganti beras kami dengan beras yang kualitasnya lebih baik, karena itu hak kami," kata dia.

Sementara, Sekretaris Kelurahan Wungu, Kecamatan Wungu, Soekatman, membenarkan adanya pendistribusian raskin bermutu kurang layak konsumsi ke penerima jatah di wilayah Wungu.

"Kasus ini segera kami tangani dan koordinasikan dengan Pemkab Madiun dan pihak Bulog. Sesuai instruksi dari pemerntah, raskin yang jelek akan diganti," kata Soekatman.

Menurut ia, jumlah warga Kelurahan Wungu yang menerima jatah raskin mencapai 710 rumah tangga sasaran. Raskin yang didistribusikan saat ini adalah jatah untuk bulan September dan Oktober 2015.

"Sejauh ini, raskin telah didistribusikan ke enam RT dari 29 RT yang ada di Kelurahan Wungu. Diharapkan segera ditindaklanjuti," katanya.

Untuk menghindari hal yang sama, pendistribusian raskin ke RT yang belum mendapat jatah akan ditahan terlebih dahulu hingga mendapat gantinya dari Bulog.

Bupati Madiun Muhtarom, terkait raskin tidak layak konsumsi itu mengatakan, sesuai instruksi dari Bulog dan pemda setempat, raskin yang diterima dalam keadaan kurang bagus dapat dikembalikan untuk diganti dengan beras setara yang kondisinya lebih baik.

"Saya akan memerintahkan Bagian Perekonoian untuk melaukan koordinasi dengan Bulog. Selain itu, saya juga meminta Bulog untuk selektif dalam pendistribusian raskin," kata Muhtarom.

Data pemda setempat, raskin berkualitas jelek sebelumnya pernah beberapa kali diterima warga Kabupaten Madiun. Di antaranya penerima jatah di Kecamatan Pilangkenceng dan Mejayan. (ant/azt)

http://www.beritametro.co.id/jawa-timur/warga-di-madiun-kembalikan-raskin-mutu-jelek

Jumat, 25 September 2015

Jangan Terima Raskin Tak Layak Konsumsi

Jumat, 25 September 2015

SELURUH masyarakat penerima beras miskin (raskin) diimbau untuk tidak mengkonsumsi raskin yang tidak layak. Bahkan ketika diketahui raskin tidak layak masih didistribusikan agar tidak diterima.

“Jadi kepada masyarakat penerima raskin jika kembali mendapati raskin berbau dan seperti menir, jangan ditebus (diterima). Bulog harus menyiapkan raskin yang lebih layak dong untuk dikonsumsi masyarakat,” kata Wakil Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Bekasi, Tata Saputra.

Tata menyebut Bulog hanya melempar alasan terkait raskin tak layak konsumsi namun tetap didistrubusikan. Karena jika membeli beras langsung dari petani, kata dia, hasilnya lebih bagus ketimbang raskin yang tidak layak.

“Sebab kalau beli beras dari petani langsung itu tak mungkin begitu. Pasti bagus. Itu mah seperti sudah lama berasnya yang dikasihkan ke masyarakat tuh,” selorohnya.

Ia meminta kepada Bulog agar melakukan pengecekan kembali seluruh raskin sebelum didistribusikan. Sortir dan pengecekan raskin harus dilakukan dengan ketat karena beras tersebut nantinya dikonsumsi oleh masyarakat.

“Fisik dari beras itu bisa diperiksa lebih seksama. Jangan terulang lagi lah ke depannya soal ini. Artinya harus yang layak,” tambahnya.

Selain Bulog, Tata juga meminta kepada seluruh pemerintah desa untuk mengecek kembali raskin sebelum didistribusikan ke warga.

“Jangan sampai desa begitu mobil (bawa raskin) datang malah langsung diterima saja tanpa melakukan pemeriksaan dulu. Seleksi dulu lah. Kalau itu misalnya ada 10 karung ya 10 karungnya diperiksa semua,” ungkapnya. (dho)

http://gobekasi.pojoksatu.id/2015/09/25/jangan-terima-raskin-tak-layak-konsumsi/

Warga Sampang Diberi Raskin Busuk

Jumat, 25 September 2015

Selain Berwarna Kuning, Karung Juga Berlubang dan Beratnya Tidak Sampai 15 Kg


KORANKABAR.COM (SAMPANG)-Beras bantuan untuk rumah tangga miskin (raskin) yang didistrubusikan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divre XII Madura kembali dikeluhkan warga.

Distribusi raskin di Desa Sejati, Kecamatan Camplong, Sampang yang diterima warga setempat, Rabu (23/9), lalu, berwarna kekuningan dan bau apek.

Selain itu, berat raskin dalam satu karungnya tidak sampai 15 kilogram sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah. Hal tersebut dikatakan warga setempat bernama Ahmad Busiri.

Ia mengaku kecewa ketika beras yang diterimanya berkualitas sangat jelek dan tidak layak konsumsi, yakni berbau apek dan berwarna kekuningan.

”Jelas beras ini tidak bisa dimakan. Selain berbau apek dan berwarna kekuningan, beras ini juga banyak kerikilnya,” sedih Busiri kepada korankabar.com.

Akhirnya, jatah raskin tersebut ia jadikan pakan ayam karena tidak layak konsumsi untuk keluarganya. Busiri juga mengaku trauma dengan kejadian sebelumnya ketika perutnya sakit dan muntah-muntah setelah mengonsumsi raskin sejenis.
”Saya trauma makan raskin yang warnanya kuning kecokelatan. Ingin dikembalikan tapi sudah terlambat karena karung beras sudah kadung dibuka. Terpaksa dijadikan pakan ayam,” tambahnya.
Hal senada diucap Buradi, warga Desa Sejati yang lain. Awalnya ia penasaran dengan kondisi karung yang terlihat berlubang sehingga ia dengan warga lainnya menimbang setiap karung beras.

Ternyata berat beras dalam setiap karungnya tidak sesuai takaran, yakni hanya sekitar 13 kilogram.
“Kami sangat kecewa karena selain beras raskin busuk, beratnya tidak sampai 15 kilogram,” ujar dengan nada kesal.
Buradi mengancam akan mengembalikan apabila beras rakin pada bulan berikutnya jika kualitasnya masih jelek. Bahkan ia mengaku akan menuntut secara hukum pihak Bulog maupun Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnaketrans) Sampang.

”Sebagian warga yang makan beras itu ada yang muntah-muntah dan perutnya sakit. Ini bagian dari kelailan pihak Bulog dan pemerintah setempat,” tegasnya. (mam/rr)

http://korankabar.com/warga-sampang-diberi-raskin-busuk/

Senin, 21 September 2015

Beras Raskin Tidak Layak di Makan Masyarakat Karena Berasnya Kotor

Senin, 21 September 2015

Bangkalan, RN

Pemerintah menurunkan beras bulok yang tidak bisa di makan masyarakat karena berasnya sudah tidak layak di konsumsi karena beras raskin kuning merah dan banyak batunya menurut Ibu Atdima Dusun Guweh Dajah Desa Lombang Dajah Blega Bangkalan warga merasa di anggap ayam kampung 21/09/2015 masyarakat menuturkan kepada RN.

Menurut keterangan Ibu Atdima beras raskin ini setelah di masak tidak bisa di makan karena rasanya sudah sepal dan keras, setelah di pantau RN memang asli tidak bisa di makan manusia melainkan untuk kasih ayam kampung.

Pemerintah harus memantau ke gudang bulok biar untuk kedepannya lebih baik daripada yang sekarang karena masyarakat merasa di dolimi dengan cara yang tidak maksimal diknas dan pengelola beras harus di teliti sebelum di kirim ke masyarakat jangan membunuh cara yang tidak akurat pakai cara prikemanusiaan karena bukan binatang.

Karena Presiden di pilih rakyat Gubenur juga di pilih rakyat Bupati juga di pilih rakyat, ingat hak dan pribadi anda sendiri ikutilah aturan Republik Indonesia ini karena tidak ada manusia itu yang sampurna RN menangis setelah melihat beras raskin tersebut karena sudah positif beras tidak bisa di makan. (Spd)

Sadis! Mantan Kades Diduga Tipu Dana Warga Beli Raskin

Minggu, 20 September 2015

Nyokabar Mesuji. Sungguh ironis nasib ratusan masyarakat Desa Labuhan Permai Kecamatan Way Serdang Kabupaten Mesuji yang tak kunjung mendapatkan bantuan beras miskin (Raskin). Sementara masyarakat telah memenuhi syarat dan ketentuan untuk memperoleh raskin dengan memberikan dana yang ditarik oleh pamong desa setempat.

Padahal mandeknya pendistribusian raskin sudah berjalan 5 bulan ini ungkap Asep (PJ) Kades Desa Labuhan Permai. Menurut Asep tak kunjung terealisanya beras miskin (raskin) di desa tersebut lantaran tak ada dana untuk menebus Raskin, sementara uang yang di tarik dari masyarakat bukan di tujukan untuk pengambilan Raskin di kecamatan, melainkan dialihkan untuk keperluan lain oleh mantan PJ Desa Labuhan Permai/Batin.

"Saya telah datangi rumah mantan PJ lama PJ sebelum saya namun yang bersangkutan tak berada di tempat, melainkan sedang berada di Jambi, setelah pulang saya sambangi lagi, tetap saja hasilnya nihil, ujar Asep.

Berdasarkan keterangan Asep dana yang di pakai oleh mantan PJ sebelum dirinya sebesar Rp3.340.000, dengan jumlah kepala keluarga (kk) mencapai 100 lebih, "kalau yang lainnya saya tidak tau" ungkap Asep.

Sementara itu menurut beberapa warga desa labuhan permai yang enggan di korankan namanya mengatakan, setau kami raskin itu tak di bagikan bukan 3 bulan tapi 5 bulan, terhitung dari bulan maret sampai september 2015, sementara dana untuk raskin telah di tarik oleh pamong desa sebesar 26 ribu per kk.

Hal senada juga di katakan Yati (40) warga desa mesuji makmur, menut Yati memeng benar jatah raskin tak bagikan selam 5 bulan, "padahal kami yang telah terdaftar mendapatkan beras miskin sudah di tarik dana sebesar 26 ribu per kk, ketika saya tanya ke pamong desa jawabnya juga belum datang," ungkap wati.

Masih di jelaskan Yati, bantuan Raskin sangat di harapkan oleh warga desa labuhan pemai apa lagi pada situasi saat ini, di desa ini rata rata merupakan keluarga kurang mampu yang berpenghasilan minim dengan bekerja sebagai pencari ikan dan kuli kayu gelam, apa lagi saat ini musim kemarau jadi agak sulit untuk mencari penghasilan.

" Kalau kita harus beli di warung harganya sangat tinggi mas kami hanya mampu beli beras kiloan, ya kita sebagai masyarakat kecil sangat mengrapkan bantuan raskin itu," ungkap Yati.

Sementara itu, Camat Way Serdang, Hujairin saat di hubungi via handphone pada Minggu (20/9/15) tak mengubris perihal tak kunjung ada realisasinya itu, pihaknya hanya mengintruksikan agar raskin tersebut segera di bagikan dan uang raskin yang di pakai segera di ganti, jelasnya.

Laporan Biro Mesuji By Herman

http://www.nyokabar.com/berita-689-sadis-mantan-kades-diduga-tipu-dana-warga-beli-raskin.html

Minggu, 20 September 2015

Sopir dan Satpam Gudang Bulog Jember Curi Raskin

Minggu, 20 September 2015

TRIBUNNEWS.COM, JEMBER- Polisi menetapkan seorang sopir dan satuan pengamanan Gudang Bulog Jember sebagai tersangka pencurian beras bagi warga miskin atau yang biasa disebut Raskin.
Polisi telah menangkap keduanya, yakni Heriyanto (27) warga Desa Kertosari Kecamatan Pakusari dan Andika Hadi Yulianto (35) warga Kelurahan Karangrejo Kecamatan Sumbersari.
Heriyanto merupakan sopir truk pengangkut Raskin yang didistribusikan pihak Bulog Gudang Pakusari.
Sedangkan Andika tidak lain anggota satuan pengamanan di gudang tersebut.
Penangkapan itu bermula dari laporan pihak Bulog ke Mapolres Jember. Pihak Bulog melapor telah kehilangan Raskin, hingga mencapai 60 zak.
Setelah mendapatkan laporan tersebut, pihak Satreskrim Polres Jember menyelidiki kasus tersebut.
Penyelidikan dimulai dari Gudang Pakusari. Sebab laporan Raskin yang hilang dari gudang tersebut.
Menurut Kasatreskrim Polres Jember AKP Agus I Supriyadi, penyelidikan mengarah kepada Heriyanto ternyata menyimpan beberapa zak raskin.
"Kami selidiki dan mengarah kepada seorang sopir truk pengangkut Raskin. Dari sopir itu kemudian dijual kepada tersangka lain, yakni Satpam gudang setempat," ujar Agus, Minggu (20/9/2015).
Penyidik, kata Agus, masih mendalami kasus tersebut karena tidak menutup kemungkinan yang bersangkutan tidak sekali saja mencuri raskin dari gudang tersebut.
Polisi juga masih berkoordinasi dengan pihak Bulog Sub Divre Jember untuk pendalaman kasus itu.

http://www.tribunnews.com/regional/2015/09/20/sopir-dan-satpam-gudang-bulog-jember-curi-raskin


Jumat, 18 September 2015

Sistem pembagian raskin buruk, rakyat miskin terus bertambah

Jumat, 18 September 2015

Merdeka.com - Angka rakyat miskin terus bertambah, khususnya di Nusa Tenggara Barat. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), per Maret 2015 kenaikan angka kemiskinan terjadi hampir di semua daerah di Nusa Tenggara Barat. Untuk Kota Mataram kenaikannya mencapai 0,05 persen dari 46 ribu penduduk miskin.

Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Mataram, Ahsanul Khalik mengatakan pembagian beras untuk masyarakat miskin (raskin) yang kurang tepat berimbas pada peningkatan angka kemiskinan. Selain itu, faktor melemahnya nilai tukar Rupiah juga memberi dampak pada data ini.

"Selain karena faktor melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS (USD), kenaikan harga bahan bakar minyak, pembagian raskin yang kurang tepat saat ini juga berkontribusi terhadap kenaikan angka kemiskinan, khususnya di Kota Mataram," kata Ahsanul Khalik seperti dilansir Antara, Jumat (18/9).

Menurutnya, ada masalah terhadap pembagian di lapangan atau kepada rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS PM). Di mana RTS PM tidak menerima raskin secara utuh atau penuh sesuai kuota yang ditetapkan yakni sebanyak 15 kilogram per RTS PM.

"Kalau jumlah raskin yang diterima secara utuh oleh penerima, masyarakat miskin tidak akan terlalu terganggu dengan kondisi ekonomi saat ini," sebutnya.

Mantan Camat Cakranegara ini melanjutkan, kondisi yang terjadi saat ini raskin dibagi rata ke masyarakat, sehingga ada masyarakat yang tidak miskin menjadi penerima raskin.

Di samping itu, ada juga RTS PM yang ketika raskin datang, mereka tidak memiliki uang untuk menebus raskinnya dan akhirnya mereka meminjam uang ke orang lain. "Kalau RTS PM meminjam uang untuk beli raskin, ya sama saja artinya masyarakat masih mengalami kesulitan," ujarnya.

Dia berharap, semua pihak yang memiliki kewenangan terhadap distribusi raskin ini harus memikirkan dan memformulasi ulang program raskin.

"Pemerintah perlu melakukan formulasi ulang pemberian raskin ini, apakah dalam bentuk dana atau tetap beras tetapi sistemnya harus diubah tidak seperti sekarang ini. Ini harus dipikirkan pemerintah pusat," ujarnya.

Menurut dia, jika pemerintah tetap memberikan raskin maka RTS PM harus menerima jumlah raskin sesuai ketetapan. Namun, pemerintah juga dapat mengganti raskin dalam bentuk lain seperti bantuan ekonomi dan lainnya.

Ataukah, sambung Khalik, pemerintah memberikan anggaran raskin ke setiap pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah yang akan mencari formulasinya untuk diberikan kembali ke masyarakat miskin.

"Jika kita lihat sistem pemberian raskin saat ini sangat tidak efektif dan tidak menyelesaikan masalah," tutupnya.

[idr]

Tak Ditebus, 6 Ribu Ton Raskin Sumenep 'Nganggur'

Jum'at, 18 September 2015

Sumenep (beritajatim.com) - Sebanyak 6.749 ton raskin Sumenep 'nganggur' karena tidak ditebus sejak Januari-September 2015. Total pagu raskin untuk 27 kecamatan di Sumenep selama 9 bulan yang semestinya sudah tersalurkan sebanyak 15.711 ton.

"Pagu raskin per bulan untuk 27 Kecamatan kurang lebih 1.754 ton. Tapi memang tidak pernah terserap keseluruhan. Setiap bulannya selalu ada sisa stok yang tidak ditebus. Misalnya untuk Januari, sisa 89 ton lebih. Bulan-bulan berikutnya juga tidak terserap 100 persen," kata Kepala Sub Sarana Bagian Sarana Perekonomian Pemkab Sumenep, Wedi Sunarto, Jum’at (18/9/2015).

Ia menduga, rendahnya realisasi penebusan raskin karena pemerintah desa  kesulitan untuk memberikan talangan dana penebusan. Hal itu disebabkan untuk wilayah Madura, penebusan raskin tidak diperbolehkan dengan sistem modal jaminan (MJ), melainkan dengan sistem cash and carry atau membayar langsung.

"Karena harus membayar langsung saat mengambil raskin, otomatis kan perlu modal. Karena biasanya penerima manfaat baru membayar setelah beras datang. Ini memang yang menyulitkan para kepala desa," terangnya.

Selain itu, lanjut Wedi, masih rendahnya penebusan raskin juga disebabkan molornya tahap awal penebusan karena tidak tersedianya stok di Gudang Bulog. "Waktu itu memang tidak bisa nebus raskin, karena tidak ada stoknya. Pengadaannya yang lambat. Akhirnya penebusan molor," ujarnya.

Wedi memaparkan, realisasi penyaluran raskin terendah yaitu Kecamatan Dungkek. Sejak Maret 2015 tidak melakukan penebusan sama sekali. Disusul Kecamatan Pasongsongan, Masalembu, dan Kangayan yang tidak melakukan pemebusa sejak  Mei 2015.

”Kami terus memacu tim raskin di masing-masing Desa dan Kecamatan untuk melakukan percepatan penyaluran raskin. Karena saat ini stok di Gudang Bulog Sumenep cukup banyak,” pungkasnya. [tem/but]

Kamis, 17 September 2015

Polisi Ungkap Penggelapan Raskin

Rabu, 16 September 2015

* Oknum Kepala Desa Diduga Terlibat

SUKA MAKMUE - Aparat kepolisian di Kabupaten Nagan Raya berhasil mengungkap kasus dugaan penggelapan 22,5 ton beras untuk rumah tangga miskin (Raskin) yang melibatkan IBS, oknum kepala desa di Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya.
“Dalam keterangan yang kami peroleh dari pelaku IBS, ia sengaja menjual beras jatah masyarakat miskin untuk meraup keuntungan secara pribadi,” kata Kapolres Nagan Raya AKBP Agus Andrianto SIK melalui Kasat Reskrim AKP Muhayat SH MH menjawab Serambi, Selasa (15/9). Menurut Muhayat pelaku telah melakukan perbuatannya sekitar Juni-Juli 2015 lalu. Beras raskin yang digelapkan pelaku merupakan jatah untuk masyarakat miskin. Namun oleh pelaku menjualnya ke sejumlah tempat hingga ke luar Kabupaten Nagan Raya.
Muhayat menyebutkan pelaku juga mengakui telah menjual raskin sebanyak 22,5 ton itu ke sejumlah lokasi seperti di kawasan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya serta di sebuah pabrik padi di kawasan Peuleukung, Kecamatan Seunagan Timur. Polres Nagan Raya mulai melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut sejak ada laporan sekitar 1.000 sak raskin yang diduga telah diselewengkan oknum tertentu diangkut beberapa kali menggunakan truk dengan tujuan berbeda. Berdasarkan laporan itu polisi melakukan penyelidikan termasuk memintai keterangan IBS dan sejumlah saksi.
Kasat Reskrim AKP Muhayat menyebutkan sejauh ini polisi terus mendalami kasus dugaan penggelapan 22,5 ton raskin di Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya dengan memintai keterangan sejumlah pihak.
“Masih ada pihak yang akan kami periksa untuk dimintai keterangan. Namun kami memastikan kasus ini akan diproses hingga ke pengadilan,” ujarnya kepada Serambi kemarin.
Menurut Muhayat pihaknya juga telah mendapatkan sejumlah bukti yang menguatkan indikasi adanya penjualan raskin tersebut setelah mendapat sejumlah keterangan dari para saksi yang diperiksa polisi. (edi)

http://aceh.tribunnews.com/2015/09/16/polisi-ungkap-penggelapan-raskin

Raskin Jelek, Bulog Butuh Siap Ganti

Rabu, 16 September 2015


PURWOREJO (KRjogja.com) - Gudang Bulog 505 Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo menyatakan kesiapannya untuk mengganti beras miskin (raskin) berkualitas jelek. Bulog meminta masyarakat penerima beras jelek untuk menghubungi langsung atau lewat pemerintah desa dan kecamatan.

Pernyataan itu diungkapkan Kepala Gudang Bulog 505 Butuh Suprapto menyikapi keluhan warga Desa Prapag Kidul Kecamatan Pituruh yang menerima raskin berkualitas jelek. "Prinsipnya, kami siap mengganti dengan stok beras di gudang," tegasnya kepada KRjogja.com, Rabu (16/09/2015).

Menurutnya, pihak Bulog tidak berniat buruk dengan menyalurkan beras berkualitas jelek. Suprapto mengaku tidak mengetahui apabila beras yang disalurkan memiliki kualitas tidak layak.

Namun dirinya mengaku kemungkinan beras mengalami penurunan kualitas ketika disimpan dalam waktu lama. "Namanya beras biar disimpan lama juga pasti ada yang kualitasnya turun," tuturnya.

Untuk proses penggantian, lanjutnya, warga diminta tidak memasak beras jatah itu. "Beras dikumpulkan, lalu hubungi kami. Bulog akan mengambil beras rusak dan menggantinya dengan yang bagus, itu sudah komitmen kami," tandasnya. (Jas)

http://krjogja.com/read/274689/raskin-jelek-bulog-butuh-siap-ganti.kr

Rabu, 16 September 2015

Warga Hegarmanah Diberi Raskin Bau Apek Campur Pasir

Selasa 15 September 2015

BERITACIANJUR.COM, BOJONGPICUNG – Kualitas beras miskin (raskin) seakan tidak pernah mengalami perubahan maupun perbaikan. Raskin yang saat ini diterima oleh warga Kampung Sukamanah, Desa Hegarmanah, Kecamatan Bojongpicung, dalam kondisi buruk setelah beras yang diterima bau apek bercampur pasir bahkan berkutu.

Kualitas raskin seringkali menjadi keluhan bagi semua warga penerima. Meski begitu tak lantas kualitas raskin berubah maupun diperbaiki, tak ada perubahan pada kualitas raskin, yang akhirnya warga terpaksa tetap mengkonsumsinya, karena tak ada pilihan lain.

Salah seorang warga penerima raskin, Ani (45), warga Kampung Sukamanah, mengatakan, jika raskin yang ia terima seringkali berbau tidak sedap, bercampur pasir, serta kondisinya yang bubuk, dan bahkan berkutu. Melihat dari kondisi ini, beras untuk rakyat miskin ini dianggap tak layak untuk dikonsumsi.

“kadang raskin ini bau sangat bau apek, udah gitu kondisinya patah-patah, yang membuat raskin itu benar benar berasa tak layak konsumsi, bahkan kadang ada kutunya juga,” ucapnya pada “BC” kemarin, Senin (14/9).

Namun menurutnya, meski beras yang diterimanya memiliki kondisi yang sangat jelek, namun ia dan warga lainnya tetap mengkonsumsi, karena tak memiliki uang yang lebih untuk membeli beras dengan kualitas lebih bagus, apalagi saat musim paceklik seperti saat ini.

Tokoh masyarakat Desa Hegarmanah, Gun gun Gumelar (44), menambahkan, pendistribusian raskin saat ini memang sangat ditunggu-tungu warga kurang mampu disetiap kampung apalagi dimusim paceklik ini, namun sangat disayangkan kondisi raskin yang diterima warga mempunyai kualitas buruk, selain bau apek, kondisi beras dalam keadaan bubuk bercampur pasir hingga tak layak untuk dikonsumsi.

"Diharapkan kepada pihak bulog dan Pemkab Cianjur, mohon raskin yang didistribusikan pada seluruh warga yang ada di Kabupaten Cianjur kualitasnya diperhatikan jangan asal-asalan, karena hakekatnya warga miskin pun sama manusia dan bukan hewan ternak," katanya.

Sementara itu, satuan kerja raskin Desa Hegarmanah, Cecep Rusmana (45), saat ditemui diruang kerjanya menjelaskan, raskin yang didistribusikan untuk warga kurang mampu sebanyak 7,380 Kg setiap bulannya dan tidak pernah terlambat.

Sementara mengenai kualitasnya yang buruk itu, bukan sepengetahuan pihaknya, karena seluruh raskin terbungkus rapat dalam karung dan mungkin tidak seluruhnya raskin itu jelek, karena saat dicek setiap karung yang ada dibagian atas seluruhnya bagus.

"Bila ada warga yang mengeluh akibat kualitas raskin yang tidak layak konsumsi, maka pihaknya akan segera membuat surat pengaduan keberatan dikirim raskin dengan kualitas jelek, bubuk dan banyak pasirnya. Dalam waktu dekat pihaknya akan segera mengadukan pada pihak bulog supaya pendistribusian raskin yang akan datang tidak membuat warga kecewa," pungkasnya. (day)

Masyarakat Sulabesi Keluhkan Masalah Raskin

Selasa,  15 September 2015


SANANA-Selain masalah pembangunan infrastruktur dasar yang menjadi keluhan masyarakat. Hampir sebagian besar masyarakat di Kecamatan Pulau Mangoli Barat dan Utara mengeluhkan soal  beras untuk masyarakat miskin (raskin) yang mereka rasakan. Pasalnya masyarakat di dua kecamatan itu sudah mengumpulkan uang beras raskin sebelum Ramadhan lalu tapi sampai sekarang raskin belum juga diterima masyarakat. ''Masyarakat dijanjikan lima hari sebelum puasa akan dibagikan beras tapi faktanya sampai sekarang mereka belum juga dapat beras,” kata Anggota DPRD Kepsul Dapil Pulau Mangoli,
Ilyas Yainahu, usai dari kegiatan reses baru-baru ini. Dia mengatakan, masalah ini telah dikonfirmasikan ke pihak kecamatan dan masing-masing kepala desa di dua kecamatan itu. Mereka beralasan belum ada kontraktor yang mendistribusikan raskin sehingga sampai sekarang belum diterima masyarakat.''Urus raskin inikan tak perlu pakai kontraktor, pendistribusiannya bisa dilakukan oleh pemerintah,''tandasnya. Dia  mengaku temuan reses itu akan dimasukan sebagai laporan untuk ditindaklanjuti dengan memanggil bagian ekonomi untuk mempertanyakan masalah tersebut.
Untuk diketahui soal raskin di Kepsul memang bermasalah, bahkan, kasus ini sementara dalam proses sidang. Pihak kejaksaan sendiri telah menetapkan lima orang tersangka terkait kasus raskin 2013, tapi anehnya tak dijadikan pembelajaran, sehingga di 2015 ini mulai timbul masalah serupa dan telah menjadi temuan DPRD tersebut. (rul/ici)

http://kabarpulau.com/index.php/profil/item/100-masyarakat-sulabesi-keluhkan-masalah-raskin

Masyarakat Temukan Kutu di Beras Raskin

Selasa,  15 September 2015
Masyarakat Temukan Kutu di Beras Raskin

Wakil Ketua Komisi B DPRD Purworejo Tohari (kanan) didampingi Kepala Bulog Butuh Purworejo Suprapto (kiri) saat memeriksa stok beras untuk raskin di Gudang Bulog, kemarin.

PURWOREJO - Beras untuk rakyat miskin (raskin) yang diterima ratusan warga Desa Prapag Kidul, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, sungguh memprihatinkan. Kondisi beras berwarna kuning, banyak beras patahan atau menir, dan berkutu. “Saya menerima enam kilogram (kg).

Seperti ini berasnya, saya kecewa,” ungkap Aminah, 38, warga Dukuh Jatiwero, Desa Prapag Kidul kepada Koran SINDO, Minggu (13/9). Rusmiyati, 28, menceritakan setelah menerima raskin itu langsung memasak nasi bantuan pemerintah tersebut. “Saya pususi (cuci) berulang kali warnanya tetap kuning dan berbau apek. Setelah saya masak nasinya keras dan kaku,” ucap Rusmiyati.

Hal sama diterima Waliyah, 35. Dirinya pada hari Sabtu menerima jatah raskin 6 kg dan mengganti biaya per kilogramnya Rp1.600. “Kalau saya sih tidak kaget dengan keadaan beras yang jelek seperti ini. Biasa kami terima tiap bulan ya seperti ini, mengecewakan,” ujarnya. Mereka mengaku kecewa namun tidak bisa berbuat banyak. “Lha kami kan takut kalau mau protes kepada perangkat desa.

Kami wong cilik, bisanya hanya menerima dan manut,” ujar Aminah. Mereka berharap pemerintah lebih memperhatikan nasib mereka agar memberikan raskin yang baik dan layak konsumsi. “Beras raskin ini buat makan anak-anak kami yang sedang sekolah. Kasihan kalau harus makan beras seperti ini,” katanya.

Mendapati laporan temuan raskin, Wakil Ketua Komisi B Tohari langsung mengecek di Gudang Bulog Butuh, Kabupaten Purworejo. Tohari yang juga membawa contoh beras dibagikan kepada warga, langsung meminta diantar masuk ke gudang untuk melihat stok beras yang tersimpan di Gudang Bulog itu. Kepada Kepala Bulog Butuh, Suprapto, meminta penjelasan terkait temuan raskin yang tak layak konsumsi.

“Saya tak habis pikir, selama ini kami dengar spek beras yang diminta Bulog kan sangat tinggi dan baik kepada mitra rekanan Bulog. Tapi kenapa sampai di tangan warga miskin kok kondisi berasnya sangat jelek dan tidak layak konsumsi,” ungkap Tohari. Dia berjanji akan membawa persoalan ini ke Komisi B DPRD Purworejo.

“Temuan ini dan barang bukti beras yang diterima warga Desa Prapag Kidul, akan kami bawa ke dewan untuk ditindaklanjuti dan segera dilakukan penyikapan terhadap temuan raskin tak layak konsumsi,” katanya. Sementara Suprapto mengaku akan mengganti berasberas yang diterima warga Prapag Kidul.

“Akan saya ganti beras-beras yang tidak layak konsumsi dan beras jelek,” katanya. Dia menambahkan, setiap kantong atau karung raskin tertulis dari mitra atau rekanan mana akan bisa pengecekan. “Kami akan melihat kantong berasnya. Kan di situ tertulis Mitra Kerja Harus Bertanggung Jawab sampai ke Penyaluran. Jadi kami pun akan meminta pertanggungjawaban mitra kerja kami dengan adanya temuan ini,” kata Suprapto.

Hery priyantono

http://www.koran-sindo.com/read/1044847/151/masyarakat-temukan-kutu-di-beras-raskin-1442291233

Sabtu, 12 September 2015

Gawat, Gunungkidul Terancam Rawan Pangan

Jumat, 11 September 2015

WONOSARI (KRjogja.com) - Kemarau  panjang yang melanda Gunungkidul  bisa menimbulkan kerawanan pangan bagi  warga miskin. Dalam rangka mengantisipasi kesulitan pangan, pemerintah mempercepat penyaluran beras bagi  warga miskin, jatah bulan Oktober disalurkan mulai 16 September ini. Jumlah beras yang akan disalurkan sebanyak 1.203.645 kg untuk 80.243 rumah tangga miskin (RTM).

"Masyarakat juga  berharap  bantuan raskin tidak hanya 12 bulan tetapi ada tambahan dua bulan. Anggap saja  ada bantuan untuk bulan ke 13 dan 14. Jika permintaan dipenuhi pemerintah pusat,  ada tambahan sekitar 2,5 juta kg raskin,” kata Kabag Administrasi Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Pemkab Gunungkidul  Drs H Bambang Sukemi MM, Jumat (11/09/2015).

Setiap bulan pemerintah memberikan bantuan beras untuk  rumah tangga miskin (RTM) sebanyak 15 kg. Menjelang akhir tahun ini dilakukan pemadatan pengiriman agar dapat dimanfaatkan masyarakat  mencukupi kebutuhan pangan. Sebab, sebagian warga miskin tengah menghadapi masalah kekurangan air. Harapannya, jika beras disalurkan lebih cepat, mereka dapat kosentrasi mengatasi kekurangan air. “Jangan sampai mereka harus membeli beras dan membeli air” tambahnya.

Hampir seluruh warga miskin bekerja disektor pertanian lahan kering. Mereka hanya panen setahun sekali dan tergantung curah hujan. Bulan-bulan seperti ini mereka menghadapi masa paceklik pangan, sebab, panen sebelumnya sudah habis dan harus menunggu hasil panen tanaman bulan November, yang  baru dapat dipanen paling cepat awal Februari. (Ewi)

http://krjogja.com/read/274131/gawat-gunungkidul-terancam-rawan-pangan.kr

Warga Desa Landah Tolak Raskin Berkwalitas Buruk

Jumat, 11 September 2015

RADIO LOMBOK FM – Puluhan karung Beras Miskin (Raskin) di Desa Landah Kecamatan Praya Timur pada Kamis (10/9/2015) dikembalikan ke pihak Dolog karena Raskin tersebut kwalitasnya sangat buruk dan dinilai warga setempat tidak layak untuk dimakan.

Ketua Forum Kadus Desa Landah, Amaq Riawan menuturkan, kondisi beras itu berwarna merah dan bercampur dengan semacam bubuk berwana kekuningan. Kondisi seperti itu hamper terlihat pada semua karung Raskin yang telah dibagikan ke warganya.”Masyarakat kami meluapkan kemarahanya ke kami sebagai Kepala Dusun,”ujarnya pada Kamis (10/9/2015) pada acara Bincang Lombok FM.

Beras yang datang ke Kantor Desa Landah pada Rabu (9/9/2015) itu lanjut Kadus, kemudian dikembalikan beramai-ramai oleh masyarakat ke kadus masing-masing. Oleh piahk kadus hal itupun dilaporkan ke pihak kabupaten dan disarankan untuk dikembalikan ke Dolog.”Kami kemudian meminta pihak dolog untuk mengambil beras itu dan menggantinya dengan yang baru. Kami langsung yang memilih beras itu dugudangnya di Sengkol Pujut,”jelasnya.

Buruknya kwalitas raskin tersebut lanjut Amaq Riawan, kerap terjkadi namun kalau masih bisa ditolerir dan tidak keterlaluan maka warga dengan terpaksa memasaknya untuk dimakan. Namun kali ini tandas Kadus, sudah sangat keterlaluan

Terkait dengan hal tersebut, Kepala Bagian (Kabag) Ekonomi Setda Lombok Tengah, Drs.Masnun,M.Si menduga hal tersebut akibat dari Kepala Desa (Kades) setempat lalai melaksanakan protap yang sudah disepakati dengan pihak-pihak terkait.”Kami menduga kades barangkali tidak melaksanakan protap yang sudah disepakati dengan pihak Dolog,”katanya via phone celulernya.

Adapun protap itu lanjut Kabag Ekonomi, sebelum raskin itu disalurkan ke masyarakat dalam hal ini melalui Kadus, tim dari desa seharusnya memeriksa keadaan beras tersebut. Dan bila kawalitasnya buruk maka harus dikembalikan ke Dolog dan minta untuk diganti.”Bisa jadi kadesnya terlalu sibuk sehingga tidak menjalankan protap itu,”tambahnya.|001|0116

http://lombokfm.com/warga-desa-landah-tolak-raskin-berkwalitas-buruk.html

Jumat, 11 September 2015

Kades di Magetan Kembalikan Raskin Bermutu Jelek

Kamis, 10 September 2015

Magetan (Antara Jatim) - Kepala Desa Sumberdukun, Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, terpaksa mengembalikan sekitar 104 sak beras bagi warga miskin (raskin) yang hendak didistribusikan di wilayahnya ke Bulog karena jelek dan tidak layak konsumsi.

"Raskin ini akan kami kembalikan ke Bulog karena saat dicek kondisinya berbau, berkutu, dan warnanya kekuningan. Diduga raskin ini terlalu lama disimpan di gudang Bulog," ujar Kepala Desa Sumberdukun, Kamto, kepada wartawan, Kamis.

Menurut dia, pihak pemerintah desa sengaja melakukan penyortiran raskin dari Bulog karena tidak ingin warga penerima jatah kecewa akibat menerima beras bermutu jelek seperti yang terjadi di beberapa daerah.

"Kami sengaja memeriksa raskin yang akan distribusikan agar jika raskinnya bermutu kurang bagus bisa langsung ditukar Bulog dengan yang lebih baik," kata dia.

Kamto menambahkan, sesuai instruksi dari Bulog dan pemda setempat, raskin yang diterima dalam keadaan kurang bagus dapat dikembalikan untuk diganti dengan beras setara yang kondisinya lebih baik.

Sehingga, warga penerima jatah raskin dapat mengonsumsi beras bagus dengan harga murah. Yakni sekitar Rp1.600 per kilogramnya.

Sementara, berdasarkan pegakuan warganya, Kamto menjelaskan, untuk menyiasati raskin yang terkadang diterima dalam keadaan jelek adalah mengoplosnya dengan beras biasa yang dibeli di pasar.

Selain itu, ada juga warga yang memilih menggiling ulang raskinnya ke selepan agar berasnya terlihat lebih bersih dan tidak berbau apek.

Adapun, ke-104 sak raskin bermutu jelek tersebut telah dinaikkan ke sebuah pikap bak terbuka yang diparkir di halaman kantor desa setempat. Rakin tersebut siap dikembalikan ke Bulog setempat. (*)

Editor: Chandra Hamdani Noer

http://www.antarajatim.com/lihat/berita/164145/kades-di-magetan-kembalikan-raskin-bermutu-jelek?utm_source=topnews&utm_medium=home&utm_campaign=news

Rabu, 09 September 2015

Woow,! Lagi-Lagi Harga Raskin Di Mahawu di Mark Up?

Rabu, 9 September 2015

MANADO,MA.- Persoalan harga penjualan beras miskin  (raskin) di hampir semua kelurahan Manado, masih terus menuai sorotan dari masyarakat, terlebih pada persoalan harganya yang sengaja di mark up serta pembagiannya yang dinilai tidak tepat sasaran, salah satunya seperti yang masih dikeluhkan oleh warga di kelurahan Mahawu soal harga raskin yang masih melebihi harga HET  penjualannya.
Dalam pantauan wartawan manadoaktual.com Rabu(09/09) pukul 09:00 pagi ini, sejumlah warga dikelurahan tersebut  sedang membicarakan soal harga  raskin yang di jual disetiap kepala lingkungan dikelurahan Mahawu sudah sangat memberatkan warga, karena melampaui harga sebenarnya yakni Rp 24 ribu menjadi 30 ribu sampai 35 ribu per karung.
“Kalo soal mo angkut dengan motor torang di rumah ada motor, trus kiapa pala kurang jaga bilang dia ada hitung deng angkutan yang dia ada sewa, pada hal harga raskin cuma Rp 24 ribu per ukuran 15kg,”keluh Meyta Bugis salah seorang warga lingkungan IV.
Senada dengan yang dikatakan Rusli Abas warga lingkungan III, kepada wartawan manadoaktual.co, dirinya mengungkapkan kalau pembagian raskin patut dipertanyakan karena nama penerima sering di manipulasi.

“Masa orang yang ada nama dari BPS tidak dibagikan, malahan orang yang tidak terdaftar itu dapat dengan membeli seharga Rp 30 ribu bahkan sampai Rp 35 ribu, dan ini merata untuk semua lingkungan yang ada di kelurahan Mahawu, ini harus dituntaskan oleh pemkot sendiri apalagi kinerja lurahnya yang dinilai masa bodoh,” semburnya.

Seperti yang diketahui sebelumnya, lurah Mahawu Maryam Pawewang selalu mengelak apabila dimintai keterangan oleh awak media, bahkan lurah tersebut pernah banting pintu ruangan kantornya kepada wartawan saat akan melakukan konfirmasi.(L-HJ)

http://manadoaktual.com/woow-lagi-lagi-harga-raskin-di-mahawu-masih-dimark-up.html

Bulog : Bukan Tanggung Jawab Kami

Selasa, 08 September 2015
ilustrasi

                                                                                           
POJOKJABAR.com, RADAR BOGOR – Menanggapi masalah beredarnya beras tak layak konsumsi, Kasi Perencanaan dan Pengembangan Usaha pada Bulog, Budi Sultika mengatakan, beras terasa pahit kemungkinan karena salah memasaknya.

Menurutnya, beras bulog memang tidak bagus, sehingga terdapat penurunan kadar gula. “Kalau berubah pahit saya tidak tahu, kalau tidak manis seperti beras yang ada dipasaran memang betul, mungkin salah masak,” kata Budi.

Dia juga mengatakan penemuan beras yang terasa pahit kan baru di beberapa titik, sehingga itu belum bisa dipastikan kesalahan berasal dari bulog.

“Kalau pahit seharusnya pahit semua dalam satu paket kiriman, sehingga masih akan kita dalami,” ujar Budi Sultika.

Dia mengaku, agak kesulitan jika harus menarik beras yang sudah beredar di pasaran. Menurutnya, berdasarkan SOP (standar operasional prosedur) pengiriman, bagi beras yang ada di titik distribusi sebelum disebarkan ke masyarakat harus mengecek beras mulai dari kualitas dan kuantitas.

Sementara, untuk penukaran beras berdasarkan SOP 1×24 jam setelah beras didistribusikan. “Kalau sudah beredar ke masyarakat ya bukan tanggung jawab kami,” pungkasnya. (radarbogor/rub)

Mantan Camat Dituding Gelapkan Uang Raskin Puluhan Juta Rupiah

Selasa, 8 September 2015


AMBON, KOMPAS.com - Husein Silawane, mantan Camat Manipa, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku, dituding telah menyelewengkan uang beras raskin sebanyak puluhan juta rupiah semasa menjabat.

Tudingan itu dilemparkan Ketua Fraksi Amanat Keadilan DPRD SBB, Jamadi Darman, Selasa (8/9/2015). "Semasa menjabat camat, Husein Silawane diduga telah memakan uang raskin masyarakan Manipa," kata Jamadi.

Jamadi menjelaskan, penggelapan uang rakyat itu dilakukan Silawane dengan cara meminta warga menyetorkan dahulu uang untuk menebus raskin tersebut, meski sebenarnya belum ada jatah raskin untuk Kecamatan Manipa.

"Setelah mendapatkan pemberitahuan camat lewat aparatur desa, warga desa dan dusun di seluruh Kecamatan manipa langsung menyetorkan uang untuk membayar raskin," tambah Jamadi.

Jamadi menambahkan, uang warga yang terkumpul untuk menebus beras miskin itu mencapai Rp 76 juta. Tak hanya meminta warga mengumpulkan uang, Jamadi melanjutkan, Silawane juga mengancam warga yang belum menyetorkan uang.

Menurut Jamadi, Silawane mengatakan jika uang tak terkumpul maka jatah raskin tersebut akan dialihkan ke kecamatan lain. "Hingga saat ini beras miskin yang ditunggu-tunggu tak kunjung muncul dan uang yang sudah disetor tak dikembalikan. Ini kan penipuan namanya," Jamadi menegaskan.

Jamadi menyarankan agar Silawane yang baru saja diganti itu segera mengembalikan uang rakyat yang dikumpulkannya atau dilaporkan ke kepolisian. "Jika dalam waktu dekat uang itu belum dikembalikan maka saya tak segan untuk membawa masalah ini ke jalur hukum," ancam Jamadi.

Kompas.com berusaha meminta tanggapan Husein Silawane terkait tudingan tersebut. Namun, yang bersangkutan tak bisa dihubungi meski telah dicoba beberapa kali.

Sementara itu, Plt Camat Manipa, S Kibas mengaku, pekan lalu dia telah menerima laporan warga terkait dugaan penggelapan uang raskin ini. "Memang sudah ada warga yang melaporkan masalah ini kepada saya selaku Plt Camat. Saya akan berkordinasi dengan mantan camat untuk mendapat solusi masalah ini," ujar Kibas.

http://regional.kompas.com/read/2015/09/08/20143561/Mantan.Camat.Dituding.Gelapkan.Uang.Raskin.Puluhan.Juta.Rupiah

Marak Raskin Busuk, IPB NIlai Indonesia Krisis Pangan

Selasa,  8 September 2015


BOGOR - Maraknya peredaran beras untuk rakyat miskin (Raskin) di sejumlah wilayah di Bogor, dinilai IPB kalau Indonsesia sedang krisis pangan sehat. Beras busuk ini diterima ratusan warga Ciriung, Kabupaten Bogor.

Pakar Pangan dari Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) Purwiyatno Hariyadi menuturkan distribusi beras yang dilakukan pemerintah untuk rakyat miskin kualitasnya semakin rendah dan sudah keterlaluan kalau temuan di Bogor juga terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.

Menurutnya, kondisi keamanan dan kesehatan pangan di Indonesia sangat memprihatinkan. Terlihat dari banyak temuan kasus pangan yang tidak layak dikonsumsi, namun tetap saja beredar.

"Saat ini menurut saya sudah bisa dikategorikan sebagai krisis pangan sehat. Apalagi ini terjadi pada beras yang merupakan panganan pokok. Hanya saja kita tidak pernah punya definisi krisis. Karena menurut saya definisi krisis itu politik," katanya saat ditemui di Kampus IPB Barangsiang, Bogor, Selasa (8/9/2015).

Dia memaparkan, jika dilihat dari fenomena adanya raskin busuk dan berkutu yang terjadi setiap tahun ini. Seharusnya pemerintah tidak tinggal diam dan kalaupun ada tindakan, sifatnya hanya reaktif berupa penarikan beras kemudian diganti.

Sebelumnya ratusan warga Kelurahan Ciriung, Cibinong, Kabupaten Bogor, mengeluhkan beras yang setiap tahun diterima kualitasnya semakin buruk. Bahkan beras yang mereka terima sudah kekuningan, bau busuk, dan terasa pahit jika dimakan.

Heni Puspitawati, 40, yang mengeluhkan kondisi beras yang tidak layak konsumsi mengaku kesal dan susah memprotes ke aparat kelurahan setempat. ‪"Keluarga saya memang sering makan nasi dari raskin. Cuma raskin yang bulan ini rasanya lebih aneh, pahit dan agak berbau," jelasnya.

Sementara, pengurus RW dan juga koordinator penyalur raskin, Zamri menuturkan kondisi beras tak layak konsumsi ini memang sudah terjadi beberapa bulan lalu. ‪"Kalau jelek begini memang sudah dari dulu, tapi baru kali ini rasanya pahit. Makanya kami langsung koordinasi dengan pihak kelurahan," tuturnya.

http://metro.sindonews.com/read/1042162/170/marak-raskin-busuk-ipb-nilai-indonesia-krisis-pangan-1441708616

Selasa, 08 September 2015

Bulog Diminta Persingkat Penyimpanan Raskin

Senin, 7 September 2015

TAPOS, SERANG – Guna menjaga kualitas beras terutama beras miskin (raskin), Anggota DPRD Kota Serang meminta kepada Bulog untuk mempersingkat masa sirkulasi penyimpanan beras.

Hal tersebut menyusul adanya keluhan dari warga Lingkungan Susukan, Kelurahan Penancangan, Kecamatan Cipocok Jaya, yang mendapatkan raskin dengan kualitas tak layak. Alasannya, raskin yang mereka terima berwarna kekuningan, berbau apek dan bercampur batu, gabah serta kutu.

Ketua Komisi II DPRD Kota Serang Furtasan Ali Yusuf mengatakan, permasalahan raskin yang berkualitas buruk sudah sering ditemui, namun selama ini Bulog selalu berdalih bahwa beras itu bisa ditukar kembali. Meski begitu, ia menilai seharusnya Bulog dapat meminimalisasi hal itu dengan mempersingkat masa penyimpanan beras.

“Kualitas yang buruk ini kan karena kelamaan di gudang, biasanya beras di Bulog itu disimpan 6-7 bulan. Belum lagi dengan kondisi gudang yang lembab, sehingga beras cepat membusuk. Jangankan disana, jika beras disimpan di rumah saja dalam jangka waktu satu bulan sudah berubah warna,” ujarnya, Minggu (6/9).

Oleh karena itu, idealnya raskin tersebut disimpan di dalam gudang Bulog selama tiga bulan, untuk kemudian diganti dengan yang baru. Jadi jika beras yang sudah melebihi waktu itu belum terdistribusikan kepada masyarakat, maka bisa dijual sebagai pakan ternak.

“Memang beras dari Bulog kan tergantung panen petani setempat, jadi harus diperbanyak petaninya agar suplai beras ke Bulog dapat terus terpenuhi. Sehingga nanti dapat diambil secara bertahap,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Pelayanan Publik Bulog Sub Divre Serang Herullah tidak memungkiri jika ada kemungkinan beras yang diterima warga memiliki kualitas buruk. Alasannya, Bulog tidak dapat memeriksa satu persatu beras yang masuk ke gudang, karena pemasukan beras yang diterima Bulog terlalu banyak.

“Saat ini masih ada sekitar 2.500 ton raskin yang belum terdistribusikan ke sejumlah daerah di Kabupaten Serang dan Kota Serang sejak Februari lalu. Di Kota Serang itu penyerapannya lambat, sehingga hal itu diduga yang mempengaruhi kualitas beras menurun. Padahal prosedur penyaluran beras sudah melalui mekanisme yang benar, dan itu pun beras baru karena pengadaan Maret lalu,” katanya.

Meski begitu, menurut dia raskin yang dikeluhkan warga tersebut dapat dikembalikan ke Bulog melalui pihak kelurahan. Padahal, perawatan terhadap beras di gudang selalu dilakukan secara rutin tiap bulan, selain penyemprotan hama serta pemberantasan menggunakan gas.

“Seharusnya pihak kelurahan lebih selektif untuk membantu Bulog dalam menyortir beras ketika dilakukan serah terima. Namun mungkin, karena mereka percaya terhadap Bulog maka kelurahan memilih untuk langsung mendistribusikan ke warga,” tuturnya.(zan/yul)

http://tangselpos.co.id/bulog-diminta-persingkat-penyimpanan-raskin/

Dapat Raskin dari Bulog, Warga: Rasanya Pahit, Kecokelatan dan Berbau

Senin, 7 September 2015

TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Heni (40), warga RW 07, Kelurahan Ciriung, Kabupaten Bogor, menelan kenyataan pahit.
Beras miskin (raskin) yang diterimanya pada bulan ini tak layak konsumsi.
Hal itu diketahuinya setelah beras tersebut dimasak. Menurut Heni, setelah dimakan rasanya pahit, berwarna kecokelatan, dan berbau.
"Semalam anak saya masak nasi, ternyata waktu dimakan rasanya pahit dan agak berbau," ucap Heni, Senin (7/9/2015).
Dirinya pun langsung diselimuti rasa ketakutan, ketika anaknya mengaku sakit perut setelah mengkonsumsi nasi tersebut.
Karena khawatir putrinya keracunan, ia segera melaporkan kondisi tersebut kepada pengurus RW setempat yang juga menjadi koordinator penyalur beras raskin di wilayah itu.
Heni mengaku, satu karung raskin seberat 15 kilogram dibelinya dengan harga Rp 25.000.
Dia mengatakan, setiap kali menerima raskin selalu berkualitas buruk. Berasnya pun masih bercampur dengan gabah dan kerikil kecil.
"Kalau jelek begini memang sudah dari dulu, tapi baru kali ini rasanya pahit. Tadinya mau langsung saya buang, tapi akhirnya saya laporin aja. Untung anak saya tidak apa-apa," katanya sambil menunjukkan beras itu.
Sementara itu, Zamri (46) koordinator pembagian raskin di wilayah itu, langsung menghubungi kelurahan setempat.
Pihak kelurahan berjanji memeriksa raskin yang datang sebelum disalurkan kepada warga.
Zamri menambahkan, setiap bulan, RW 07 Kelurahan Ciriung menyalurkan empat karung raskin kepada warga kurang mampu.
Dia menduga, sebenarnya banyak warga miskin lain yang ingin mengeluhkan kondisi raskin, namun merasa takut.
"Kondisinya memang parah. Kami coba mengecek karung lain yang tersisa, malah teksturnya pecah-pecah dan setelah dimasak jadinya cair," ungkapnya.Zamri menambahkan, seharusnya pemerintah bisa memberikan jatah beras yang layak untuk warga miskin.
Sebab, beberapa laporan lain yang didengarnya, warga miskin justru menggunakan raskin untuk pakan ayam karena kondisi beras yang tak layak dikonsumsi.
Sementara itu, Lurah Ciriung Ridwan Said menjelaskan, pihaknya sudah mendistribusikan raskin tersebut sejak seminggu lalu.
Dari 141 karung yang disalurkan, lanjut Ridwan, ada empat karung raskin yang ternyata tak layak.
"Kondisi ini diketahui setelah saya mendapat laporan dari warga. Setelah dicek, ada empat karung yang berisi raskin tak layak konsumsi. Semuanya terjadi di RW 07. Tapi kita langsung tarik beras itu untuk dikembalikan," papar Ridwan.
Ridwan berharap, agar Bulog selaku penyedia beras miskin harus berhati-hati dalam menyalurkan raskin ke berbagai wilayah.
Dia meminta Bulog terus memperketat quality control agar kondisi serupa tak kembali terjadi."Waktu itu saya pernah menolak satu truk raskin karena setelah kami cek kualitasnya sangat jelek," pungkasnya.

Senin, 07 September 2015

Mensos Menduga ada Oknum Bermain soal “Raskin”

Minggu, 6 September 2015

JAKARTA (Pos Kota)- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, menduga ada oknum nakal yang bermain dalam penyaluran beras untuk keluarga sejahtera (rastra) atau yang sering disebut raskin.

Sebab dari Bulog layak dikonsumsi, namun ketika sampai di Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTSPM) kualitasnya menjadi berkurang.

“Praktik seperti ini, kemungkinan terjadi di tengah jalan dengan modus mengganti truk. Semua pihak mesti mengawal betul agar rastra diterima sesuai standar yang ditetapkan pemerintah, ” ujar Mensos dalam kunjungan kerja di Surabaya, Jawa Timur.

Kementerian Sosial (Kemensos) terus berkoordinasi dengan kementerian lain, seperti Kementerian Perdagangan untuk memastikan kualitas beras subsidi agar tidak menurun ketika sampai ke warga penerima rastra.

“Namun, yang terpenting adalah pihaknya akan bergerak cepat dan menindak oknum nakal yang memanfaatkan rastra untuk warga kurang mampu tersebut, ” tandasnya.

Fakta di lapangan masih ditemukan beras di bawah standar. Maka, pihaknya terus melakukan monitoring dan peninjauan langsung untuk memastikan kesiapan dan ketersediaan rastra di gudang Bulog di berbagai daerah di Indonesia.

“Masih ditemukan beras di bawah standar, membuat saya penasaran. Oleh karena itu, pihaknya akan terus melakukan pengecekan dan monitoring di gudang Bulog di berbagai daerah di Indonesia, ” ucapnya.

Dalam rangkaian kunjungan kerja itu, Mensos meninjau langsung gudang beras Bulog di Kabupaten Tuban dan dijadwalkan ke Bulog di beberapa kota di Jawa Timur.

Kemudian, kunjungan dilanjutkan dengan meninjau pelayanan dari panti asuhan yang membina anak-anak yatim piatu di Panti Asuhan Darul Ulum di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.(B)

http://poskotanews.com/2015/09/06/mensos-menduga-ada-oknum-bermain-soal-raskin/

Jumat, 04 September 2015

10 Tersangka Raskin Belum Ditahan

Jumat, 4 September 2015

BARANG SITAAN: Mobil milik tersangka Kadiono diamankan di kantor sementara Kejari Pamekasan di gedung Islamic Centre kemarin.

BARANG SITAAN: Mobil milik tersangka Kadiono diamankan di kantor sementara Kejari Pamekasan di gedung Islamic Centre kemarin

PAMEKASAN – Kejaksaan Negeri (Kejari) Pamekasan telah menetapkan 11 tersangka  kasus hilangnya 1.504,07 ton beras di gudang Bulog Sub Divre XII Madura. Namun hingga kemarin (3/9) hanya satu tersangka yang ditahan. Sementara 10 tersangka lainnya masih bebas berkeliaran.

Kepala Seksi (Kasi) Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Pamekasan Agita Tri Moertjahjanto mewakili Kepala Kejari Toto Sucasto menyatakan, hanya mantan kepala gudang Bulog yang ditahan. Sedangkan tersangka yang lain belum ditahan. Hal itu dilakukan dalam rangka memperkuat alat bukti yang ada.

Agita mengatakan, penahanan Kadiono sengaja didahulukan karena pertimbangan subjektivitas penyidik kejari. Sebab, Kadiono dinilai sebagai kunci pembuka tabir perkara korupsi beras untuk masyarakat miskin (raskin) tersebut.

Jika dia tidak ditahan, dikhawatirkan mempengaruhi tersangka lain dan menghilangkan barang bukti. Selain itu, domisili Kadiono tidak jelas. ”Ternyata di Sidoarjo Kadiono hanya ngontrak. Di Madura tentu tidak, karena dia memang pendatang dan baru menjabat kepala gudang Bulog,” ungkap Agita.

Saat ini kejari masih mempertajam alat bukti, baik keterangan saksi, keterangan ahli, petunjuk, maupun surat atau dokumen. Itu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan dan pertanggungjawaban Kadiono.

Misalnya, lanjut Agita, karena jabatan kepala Bulog bisa disalahgunakan untuk memperkaya diri sendiri, orang lain, dan atau kedua-duanya. ”Jadi kami perjelas sampai dimana tersangka harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Sejauh ini sudah ada 50 orang lebih yang kami mintai keterangan,” tegasnya.

Selain itu, kejari juga menyita kendaraan milik Kadiono pada Rabu (29/7). Kendaraan berupa mobil tersebut kini diamankan di kantor sementara Kejari Pamekasan, yaitu di gedung Islamic Centre di Jalan Raya Panglegur. ”Kami harap Oktober nanti perkara Kadiono sudah dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor Surabaya, ” paparnya.

Untuk diketahui, sepuluh tersangka yang belum ditahan berinisial ES, HA, MA, ID, NS, SU, PA, SM, PA, dan SA. Para tersangka berasal dari berbagai pihak, mulai dari pejabat teras Bulog, pengawas Bulog, bagian administrasi, dan mitra atau rekanan Bulog.

Raibnya raskin terungkap setelah Bulog Divre Jawa Timur melakukan audit internal pada Desember 2014 lalu. Dari hasil audit itu ditemukan bahwa 1.504,07 ton beras hilang. Kerugian ditaksir mencapai Rp 1,8 miliar. (man/hud)

http://radarmadura.co.id/2015/09/10-tersangka-raskin-belum-ditahan/

BPK Temukan Kelalaian Raskin, Kemensos Langsung Bertindak

Kamis,3 September 2015

JAKARTA, BIJAKS – Penyerapan anggaran Kemensos hingga 1 September sudah 64,70 persen dari total anggaran Kemensos Rp 22 triliun. “Anggaran paling besar serapannya ada di Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial (Ditjen Linjamsos),” kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Jakarta, Kamis (3/9).

Sebelumnya Badan Pemeriksa Keuangan menemukan ada kelalaian di kepala daerah, terkait raskin (sekarang menjadi beras untuk keluarga sejahtera atau rastra) dengan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Kemensos. “Kemensos tengah melakukan pemetaan dari daerah-daerah tersebut agar segera menindaklanjuti temuan BPK tersebut,” ujarnya.

Agar fokus menangani kemiskinan, Direktorat Jendera Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan (Ditjen Dayasos dan Gulkin) dibagi menjadi dua, yaitu Ditjen Dayasos dan Ditjen Penanganan Fakir Miskin. Program Rastra dan KUBE berada di bawah kewenangan Ditjen Penanganan Fakir Miskin, katanya. (ex/bn)

http://www.bijaks.net/news/article/9-192613/bpk-temukan-kelalaian-raskin-kemensos-langsung-bertindak

Duh! Kualitas Raskin di Kota Serang Seperti Pakan Ternak

Kamis, 3 September 2015


SERANG - Puluhan warga lingkungan Susukan RT 02/RW 08, Kelurahan Panancangan  Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, mengeluhkan kualitas beras miskin (raskin) yang buruk. Bahkan warga menilai kualitas raskin itu sama dengan pakan ternak. Raskin itu diterima warga dari pihak kelurahan, Rabu (2/9/2015) kemarin.

"Berasnya bau, ini mah buat makan bebek. Biasanya mah enggak begini," kata Juariah, salah seorang warga kepada wartawan, saat ditemui di rumahnya, Kamis (3/9/2015).

Mad Nur, warga lainnya mengatakan, sejak dua bulan ini sekira 100 keluarga di kampungnya sering menerima beras yang tidak layak makan.

"Biasanya bagus. Dua bulan ini, sering jelek. Masyarakat mah menerima aja, kalau jelek ngomel. Beras buat ayam dikasih buat masyarakat," katanya.

Mad Nur menjelaskan bahwa beras yang diterima warga berbau apek, ada batu, dan berwarna kuning. Beras itu diterima warga setelah menebus  kepada pihak kelurahan dengan harga Rp2000 per liter.

"Seharusnya di sini terdaftar 15 keluarga. Namun kesepakatan warga, dari pada ribut jadi dibagi ke tiap-tiap KK, atau 100 KK, dengan pembagian per KK 3 liter per bulan," katanya.

Kendati demikian, warga tetap menggunakan beras tersebut namun  untuk pakan ayam atau bebek. Ke depan mereka berharap raskin yang diterimanya bisa lebih baik lagi. (Fauzan Dardiri)

http://www.radarbanten.com/read/berita/10/33561/Duh-Kualitas-Raskin-di-Kota-Serang-Seperti-Pakan-Ternak.html

Kamis, 03 September 2015

Bulog Akui Tak Mampu Awasi Kualitas Raskin

Rabu, 2 September 2015

CIKARANG_DAKTACOM: Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional II Jawa Barat mengaku tidak bisa mengawasi kualitas beras miskin yang disalurkan untuk masyarakat karena banyaknya pasokan beras dari para petani.

Kualitas beras miskin yang disalurkan ke tiap desa di kabupaten bekasi diketahui sangat buruk, sehingga pemerintah kabupaten bekasi meminta agar Bulog bisa mengantinya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Bulog Divre II Jawa Barat Alif Affandi seusai penyerahan 20 Ton Beras di Makodim 0509 Cikarang, Rabu (2/9), mengatakan apabila terdapat beras miskin yang kurang layak pihaknya berkomitmen untuk menggantinya.

Selain itu pengawasan terhadap beras yang dikirimkan ke tiap desa juga akan dilakukan sebelum sampai ke masyarakat.

Ia mengakui banyaknya beras yang dipasok dari para petani mengakibatkan beras yang ada kurang layak dan tidak bisa melakukan pengawasan satu persatu.

Alif menambahkan, sebanyak 61.000 ton beras dibeli dari petani dengan berbagai kualitas.

Sebelumya, beras miskin yang disalurkan Bulog ke tiap desa, ada yang kurang layak konsumsi. Merasa tidak layak konsumsi masyarakat mengembalikan beras tersebut ke Bulog.

Pemkab Bekasi juga menginstruksikan tiap desa untuk mengembalikan beras miskin apabila menemukan beras yang tidak layak konsumsi.

http://www.dakta.com/news/2540/bulog-akui-tak-mampu-awasi-kualitas-raskin

Rabu, 02 September 2015

Darmin Bakal Ubah Wajah Beras Raskin

Rabu, 2 September 2015

JAKARTA - Pemerintah saat ini tengah berupaya untuk mengeluarkan paket kebijakan di bidang ekonomi. Salah satunya membahas tentang kebijakan di bidang kedaulatan pangan.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, salah satu yang menjadi fokus kebijakan di bidang pangan adalah ketersediaan beras untuk rakyat miskin atau raskin. Nantinya masa penyaluran bantuan raskin akan ditambah dua bulan.

"Apalagi kalau kekeringan itu, berarti situasinya tekanannya akan lebih berat. Oleh karena itu pemerintah menyediakan dua bulan tambahan raskin," tuturnya di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (2/9/2015).

Menurut Darmin, waktu penyaluran raskin akan difokuskan pada masa paceklik panen beras, yakni pada akhir tahun.

"Ya bulanannya sama seperti bulan yang lain. Cuma tambahannya ada dua bulan dalam setahun ini tambahannya. Satu kali September, satu kali November atau Desember," katanya.

Bukan hanya menambah masa penyaluran raskin, Darmin mengungkapkan, pemerintah berniat untuk mengubah nama raskin menjadi beras untuk sejahtera.

‪"Katanya raskin mau diubah namanya. Kata Bu Khofifah (Menteri Sosial) namanya menjadi beras untuk sejahtera," pungkas Darmin.

(mrt)

http://economy.okezone.com/read/2015/09/02/320/1207053/darmin-bakal-ubah-wajah-beras-raskin

Tangkap Tangan Raskin, 11 Hari Belum Ada Tersangka

Selasa, 1 September 2015

PortalMadura.Com, Pamekasan – Polres Pamekasan, Madura, Jawa Timur sampai saat ini belum menetapkan tersangka dalam kasus tangkap tangan raskin di Desa Bujur Timur, Kecamatan Batumarmar sebelas hari yang lalu.

Kanit IV Tipikor Polres Pamekasan, Ipda Anwar Subagyo berdalih masih mengumpulkan sejumlah keterangan dari beberapa saksi guna meningkatkan kasus dari status penyelidikan menjadi penyidikan.

“Saat ini tetap dalam tahap penyelidikan, kita masih mengumpulkan bahan keterangan berdasarkan data kaitannya dengan pendistribusian. Yang sudah kita minta keterangan ada tujuh orang,” katanya, Selasa (1/9/2015).

Dikatakan, tujuh orang tersebut meliputi unsur desa dan pihak kecamatan, sementara bulog masih dalam tahap pemanggilan. Dari orang yang dimintai keterangan di atas, belum ada satu orang pun yang menjadi calon tersangka.

“Masalah teknik penyelidikan harus kita memperdalam lagi, tapi yang jelas ada yang bisa dipublikasikan dan ada yang tidak bisa,” kilahnya.

Saat ditanya lamanya penetapan tersangka, Anwar berkilah bahwa penanganan kasus tindak pidana korupsi (Tipikor) ada beberapa tahap yang harus dilalui, meliputi pengumpulkan bahan keterangan (Pulbaket), penyelidikan dan penyidikan.

“Apabila dalam tahap penyelidikan itu layak ditingkatkan kepada penyidikan baru statusnya kita naikkan. Tentunya dengan menggelar proses gelar perkara,” tandasnya.

Sementara, dugaan kuat adanya indikasi penyelewengan raskin tersebut berdasarkan informasi masyarakat dan raskin yang ditangkap diduga dioplos dari 15 kg menjadi 50 kg.

Sabtu (22/8/2015) sekitar pukul 03.00 Wib dini hari, Polsek Batumarmar menangkap truk pengangkut raskin sebanyak 75 sak ukuran 50 kg di Dusun Lesong, Desa Bujur Timur. Dari hasil penangkapan itu, polisi juga mengamankan truk pengangkut raskin yang dikemudikan sopir berinisial J asal Desa Kadur, Kecamatan Kadur, Pamekasan. (Marzukiy/choir)

http://portalmadura.com/tangkap-tangan-raskin-11-hari-belum-ada-tersangka-36212

Selasa, 01 September 2015

Kejari Bangkalan Cium Dugaan Penyelewengan Raskin

Selasa, 1 September 2015

BANGKALAN - Pendistribusian beras untuk masyarakat miskin (raskin) di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, disinyalir terjadi penyelewengan yang dilakukan oknum tertentu.

Akibatnya raskin tersebut tidak tepat sasaran seperti yang telah diprogramkan pemerintah. Untuk memastikan kebenarannya, Kejaksaan Negeri (Kejari) setempat melakukan penyelidikan di lapangan.

Bahkan, kejari mencium aroma dugaan penyelewengan raskin. Kejari Bangkalan juga menargetkan proses penyelidikan terhadap kasus tersebut rampung pada akhir tahun 2015.

"Saat ini kami sedang menyoroti pendistribusian raskin. Sebab, ada indikasi penyalahgunaan dalam penyaluran raskin," terang Kasi Pidsus Kejari Bangkalan Agus Budiyanto, Senin 31 Agustus 2015.

Dimana dalam penyaluran raskin, sambung Agus, disinyalir tidak sampai pada rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS-PM). Penyelidikan sendiri dilakukan menikdaklanjuti laporan dari masyarakat.

Dalam laporan itu menyebutkan penyaluran raskin sejak 2009 hingga 2014 diduga kuat tidak tepat sasaran. Saat ini kejaksaan terjun ke lapangan untuk mengecek kebenarannya apakah RTS-PM betul-betul menerima raskin atau tidak

"Kita tinggal mencari dua alat bukti. Mudah-mudahan penyelidikan soal raskin bisa rampung akhir tahun," pungkasnya.

Bongkar Raskin Plastik, Jika Terbukti, Distributor asal Sulsel Terancam

Selasa, 1 September 2015

JawaPos.com BITUNG— Temuan beras untuk warga miskin (raskin) plastik milik Badan Urusan Logistik (Bulog) Kota Bitung, Provinsi Sulut, masih misterius.
Aparat kepolisian Kota Bitung masih menunggu uji laboratorium Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Sulut.  Sampel beras telah diterima BPOM tapi belum ada hasil.

 “Sampel berasnya telah diserahkan ke BPOM, ada waktu bagi pihak BPOM untuk memeriksa beras itu,” kata Kapolsek Maesa, Kota Bitung Kompol Deli Manullang.

Setelah uji laboratorium,  BPOM kemungkinan besar akan terjun langsung ke gudang Bulog Bitung.

“Untuk kepentingan pemeriksaan, BPOM juga berhak memeriksa langsung ke Gudang Bulog, mengingat sampel beras yang dimasukkan hanya sedikit,” tandas

Dikatakannya, pihak distributor beras Mawar Indah dari Pare-pare Sulawesi Selatan yang diduga bermasalah itu, belum akan dipanggil. Lantaran aparat kepolisian masih menunggu pembuktian yang akurat.“Pihak distributor tentu akan dipanggil apabila hasil uji laboratorium membenarkan material yang bercampur diberas adalah plastik. Nantinya, ada penyampaian tertulis dari pihak BPOM terkait hasil uji laboratorium. Kami pun menunggu hasil itu untuk kepentingan penyelidikan kasus ini,” jelas Manullang.

Seperti diketahui, pada Jumat pekan lalu seorang warga penerima raskin di Bitung, menemukan beras dari Bulog sejenis sintetis.(har/ham/JPG)

Polisi Selidiki Dugaan Penyelewengan 22 Ton Raskin di Nagan Raya

Laporan Dedi Iskandar | Nagan Raya
SERAMBINEWS.COM, SUKA MAKMUE - Aparat kepolisian di Nagan Raya hingga Senin (31/8/2015), petang dilaporkan masih terus menyelidiki dugaan penyelewengan 22 ton beras masyarakat miskin (raskin) yang diperuntukkan bagi masyarakat di Kecamatan Darul Makmur, kabupaten setempat.
Kapolres Nagan Raya AKBP Agus Andrianto SIK melalui Kasat Reskrim AKP Muhayat SH MH yang dikonfirmasi Serambinews.com, melalui saluran telepon selular mengaku sudah turun ke lokasi guna memastikan informasi yang diterima aparat penegak hukum di kawasan ini.
"Informasinya sudah kami terima, namun belum akurat kebenarannya. Masih kita selidiki apakah benar seperti yang dilaporkan dan diinformasikan oleh warga," kata AKP Muhayat. (*)

http://aceh.tribunnews.com/2015/08/31/polisi-selidiki-dugaan-penyelewengan-22-ton-raskin-di-nagan-raya

Sesama Bulog Kok Lempar Tanggung Jawab

Selasa, 1 September 2015

JawaPos.com- Pengungkapan dugaan  beras plastik untuk warga miskin di Kota Bitung, belum diketahui siapa paling bertanggung jawab.
Pihak gudang Bulog Bitung, yang paling bertanggung jawab tidak mau dipersalahkan. Untuk urusan uji kualitas beras Bulog yang dibeli dari pihak kedua standar operasional prosedur (SOP) ada di Bulog Divre Sulut.

“Pemberlakuan SOP itu dijalankan personil Bulog Divre Sulut,”  kata Kepala Gudang B Bulog Bitung Ventje Horman, Senin (31/8).

Akan tetapi kata Ventje Bulog Divre  Sulut tak bisa dipersalahkan, karena pemeriksaan kualitas beras. dengan membuka bungkusan beras dilakukan secara acak.

“Makanya, ada kemungkinan beras yang dimaksud tidak sempat dicek kelayakannya saat pengujian kualitas. Setelah uji kualitas dilakukan, barulah beras disalur ke Gudang Bulog Bitung untuk selanjutnya dibawa ke kelurahan,” bebernya.

Lurah Pateten III Fatmawati Soleman SSTP meminta, masalah ini secepatnya dituntaskan. Karena, setelah raskin plastik heboh, banyak kekhawatiran yang disampaikan warga.“Tolong pihak-pihak terkait segera menuntaskan masalah ini. Kami tak mau terus berlarut-larut, sementara warga mulai khawatir mengonsumsi berbagai merek Raskin," pungkasnya.(gre/ham/JPG)

http://www.jawapos.com/read/2015/09/01/2359/sesama-bulog-kok-lempar-tanggung-jawab-/2