NTB_BARAK - Berita
tentang Beras Miskin (Raskin) yang busuk, berkutu, dan berulat, sudah menjadi
konsumsi publik saban hari, namun informasi
soal pengurangan timbangan Raskin adalah hal yang luar biasa menggemparkan. Hal
itu terjadi di Desa Bajo, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara
Barat (NTB). Beras Raskin yang seharusnya berisi 15 Kg per karung, setelah
ditimbang kembali oleh aparat desa setempat, ternyata beratnya hanya berkisar
antara 13-14 Kg per karung.
Geram dengan pengurangan timbangan Raskin
tersebut, warga penerima manfaat Raskin bersama aparat desa setempat, akhirnya
menimbang setiap karung Raskin yang diterima oleh setiap Rumah Tangga Sasaran
(RTS) penerima manfaat.
Ketua RT.03/01, Dusun Bajo Selatan,
Desa Bajo, Muhtar, mengaku heran dengan pengurangan kuota Raskin tersebut, karena
sepengetahuan warga dan aparat desa setempat, berat beras Raskin per karung
seharusnya 15 Kg. “Berat Raskin yang diterima warga hanya berkisar antara 13-14
Kg, dan tidak ada yang 15 Kg. Kami sudah menimbangnya kemarin,” kata Muhtar
layaknya dilansir bimakini, Rabu (7/11/2012).
Menurut Muhtar, pengurangan kuantitas
raskin itu bukan saja terjadi dalam satu bulan, namun rata-rata dikeluhkan oleh
RTS penerima manfaat Raskin. “Kami tidak tahu siapa yang mengurangi berasnya.
Rata-rata warga mengeluhkan kurangnya berat Raskin,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Kepala
Dusun Bajo Selatan, Dahlan M.Nur. Ia mengatakan, pengurangan berat beras Raskin
rata-rata 1-2 Kg, yang jika di rata-ratakan dengan jumlah warga penerima
manfaat Raskin, maka terdapat pengurangan sebanyak 200 Kg lebih. “Kami minta
persoalan ini diperhatikan oleh Bupati. Kalaupun diminta untuk memberikan kesaksian,
kami siap sesuia kenyataan. Masalah ini sudah sering terjadi, dan disinyalir
dilakukan oleh Perum Bulog,” katanya.
Akui Beras di Cucuk
Dipihak lain, Kepala Gudang Bulog Bima,
Rusnadi, membantah sengaja mengurangi berat Raskin disetiap karungnya. Ia
mengaku, distribusi beras Raskin sudah sesuai prosedur, dan setiap karung beratnya
15 Kg. Saat disalurkan kepada pihak pemerintah desa sudah dilengkapi dengan berita
acara yang memuat berat dan jumlah karung. “Kalau itu kami tidak tahu, yang
jelas beras kami droping sesuai
mekanisme, saat penyerahan kepada desa sudah dilengkapi berita acara,” katanya.
Rusnadi bahkan mempersilahkan masyarakat
jika ingin melapor kepada aparat Kepolisian tentang temuan itu, karena pihak
gudang Bulog tidak memiliki tanggung jawab setelah beras didistribusikan. Namun,
jika ada protes, pihak Bulog setempat bisa saja mengganti kekurangan berat
Raskin tersebut. “Kalau ada protes kekurangan berat, bisa kami drop ulang kekurangan itu. Karena
memang setiap beras dicucuk untuk mengantisipasi kemungkinan buruk seperti
adanya menir. Tapi walaupun dicucuk beratnya tidak kami dikurangi,” jelasnya.
Menurut Rusnadi, kekurangan berat
Raskin bisa saja terjadi setelah diserahkan kepada aparatur desa. “Bisa saja
oleh pihak desa, karena siapa yang tahu kondisi di lapangan,” katanya.
Pada bagian lain, Kepala Desa Bajo,
Asraman MR membantah aparatur setempat yang mengurangi jatah beras. Sebelumnya,
informasi temuan tersebut sudah diketahuinya setelah dilaporkan warga. “Jangan
seenaknya orang Bulog nuduh kami. Masa kami mengurangi beras untuk masyarakat
kami sendiri. Pantang kami lakukan itu, karena kami sadari pentingnya beras
untuk masyarakat miskin,” katanya.
Diakuinya, keluhan yang sama bukan
saja kali ini, beberapa bulan lalu sejumlah warga dusun Lewintana yang kini
sudah dimekarkan, juga menyampaikan hal sama. Saat itu jatah Raskin yang kurang
di drop ulang tambahannya oleh Bulog.
“Kami menduga, ini dilakukan orang gudang Bulog, mungkin memanfaatkan momentum
akhir tahun. Kami akan segera melaporkan ini kepada Bupati,” pungkasnya. (Red)*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar