Selasa, 18 Maret 2014

Lagi, Kualitas Raskin Bermasalah

Selasa, 18 Maret 2014

PUNCAK BOTU – Pendistribusian beras miskin (raskin) seakan tak pernah luput dari masalah.
Menariknya, persoalan yang muncul sebagian besar menyangkut penilaian soal buruknya kualitas beras yang didistribusikan pemerintah untuk masyarakat miskin.
Kabar teranyar soal keluhan buruknya kualitas raskin yang didistribusikan oleh masyarakat miskin di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara. Raskin yang diterima warga kotor dan mulai berubah warna sehingga dianggap tak layak untuk dikonsumsi.
Menyikapi keluhan ini, Komisi II DPRD Provinsi Gorontalo, secara khusus mengundang Sub Divisi Regional Bulog Gorontalo, untuk membahas temuan itu dalam rapat dengar pendapat, Senin (17/3) kemarin.
“Kalau melihat tampilan fisik kelihatannya raskin ini lebih pas untuk jadi makanan ternak bukan untuk di konsumsi manusia. Sangat tidak layak. Sudah kotor warnanya mulai berubah jadi kuning kecoklat-coklatan,” ujar Sekretaris Komisi II, Muhtajim Boki diawal rapat.
Menurutnya, sebelum mendistribusikan ke masyarakat, harusnya Bulog melakukan penyortiran agar kualitas raskin yang disalurkan tidak seperti ini. “Saya miris dengan kondisi ini. Jangan karena beras ini untuk rakyat miskin lantas kualitasnya diabaikan,” terangnya.
Ketua Komisi II, Sudirman Hinta mengharapkan agar Bulog bisa menjaga kualitas raskin yang didistribusikan ke rumah tangga sasaran. Karena Bulog juga mendapatkan margin dari manajemen pengelolaan beras termasuk pendistribusian raskin. “Kalau bisa Bulog harus bisa mempertahankan kualitas raskin. Karena pemerintah telah memberikan dana subsidi untuk penyaluran raskin. Bahkan rakyat juga membayar Rp 1600/kilo,” jelasnya.
Ketua Komisi IV, Syarifudin Mobiliu yang turut hadir dalam rapat tersebut juga memberikan tanggapan. Menurutnya, keluhan menyangkut kualitas raskin ini sudah sering kali dilaporkan masyarakat ke DPRD. Bahkan laporan yang ke Komisi IV tidak hanya soal kualitas tapi juga adanya pendistiribusian yang tidak utuh sesuai dengan alokasi. “Tapi soal kualitas saya pikir jadi tantangan bagi Bulog untuk membenahi manajemen penyimpanan di Gudang. Ini program untuk rakyat miskin tapi tolong jangan kesampingkan kualitas,” tandasnya.
Tanggapan yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan anggota Komisi III, Sarwan La Duhu yang juga ikut hadir dalam rapat tersebut. Menurutnya mekanisme penyimpanan beras di Gudang Bulog harus direview kembali. Jangan sampai beras disimpan terlalu lama sampai 10 bulan karena kalau terlalu lama pasti akan menurunkan kualitas. “Persoalan ini terjadi karena ada human eror baik disengaja maupaun tidak. Dan ini harus diakui. Jangan sampai Bulog selalu berlindung pada aturan. Karena masalah seperti ini sudah muncul ketika saya masih jadi anggota Dewan periode sebelumnya. Makanya harus ada pambenahan dalam hal penyimpanan beras di gudang,” ungkapnya.
Bulog tak mau disalahkan dalam persoalan ini. Kasubdivre Bulog Gorontalo, Lusyiana Gobel mengatakan, penurunan kualitas raskin seperti yang terungkap di Gorut tidak dapat dihindari karena beras tersebut memang disimpan cukup lama hingga 10 bulan di Gudang. Menurutnya, raskin yang didistribusikan sebagian berasal dari beras lokal. “Memang pak saat kami beli kualitasnya baik. Tapi karena memang penanganan pasca panen dari para petani kita belum optimal menyebabkan kualitas beras tidak tahan lama,” ungkapnya.
Meski tampilan fisik tidak mendukung, Lusyiana Gobel menjamin, beras tersebut layak untuk dikonsumsi. “Walau tampilan fisiknya seperti itu tapi kalau sudah dimasak rasanya masih enak. Ini yang membedakan raskin kita dengan daerah lain. Kalau didaerah lain kondisi fisiknya baik tapi masih kalah rasa dengan raskin Gorontalo,” jelasnya.
Usai mendengarkan klarifikasi Bulog, rapat dengar pendapat komisi II menyimpulkan bahwa perlu membenahi manajemen penyimpanan beras di gudang. Bulog diminta untuk memberikan penanganan khsusus terhadap beras agar tidak cepat rusak. (rmb)

http://gorontalopost.com/2014/03/18/lagi-kualitas-raskin-bermasalah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar