4 Desember 2012
Mataram, Inspirasi Bangsa (4/12)— Beras miskin (Raskin) untuk jatah
warga di Dusun Tanak Beaq Dasan, Desa Tanak Beaq, Kecamatan Narmada,
Lombok Barat hingga kemarin, masih terus bermasalah. Kali ini, raskin
itu tertahan di rumah kepala dusun setempat.
Warga protes karena harga satu paket raskin dijual terlalu mahal.
Disamping itu, banyak warga yang secara ekonomi mampu, ikut menikmati
raskin yang sebenarnya diperuntukan bagi warga kurang mampu.
Perwakilan warga H Sukanah mengatakan, kesepakatan awal dengan desa,
satu paket raskin dengan berat 15 kilogram dijual Rp 24.000.
Warga hanya dikenai biaya tambahan Rp 1000 sebagai ongkos distribusi ke
rumah masing-masing.”Per kilogram kami kan dikasih harga Rp 1600,” kata
Sukanah.
Namun fakta di lapangan, pihak dusun justru akan menjual satu paket
raskin hingga Rp 30.000. Per kilogram Raskin dihargai Rp 2.000.
Selain protes harga, warga di dusun ini juga tidak setuju dengan
kebijakan pembagian raskin yang merata hingga mereka yang berkecukupan
secara ekonomi.
Sedianya, jatah 750 kilogram raskin, hanya ditujukan untuk 50 kepala
keluarga (KK). Tetapi kepala dusun justru mengalokasikan untuk 214 KK
dengan memasukkan mereka yang tingkat ekonominya menengah.
Warga pun sepakat tidak mau menerima raskin hingga pengalokasiannya
jelas dan harga yang diberikan sesuai ketentuan. Pihak desa diminta
terlibat menyelesaikan masalah ini.”Tidak ada kesepakatan sebelumnya
dengan kami jika raskin itu akan dibagikan ke mereka yang mampu,” ujar
Sukanah.
Sementara Kepala Dusun Tanah Beak Dasan Alimun yang ditemui sebelumnya
membenarkan jika merunut pada kartu pembagian, jumlah warga yang
mendapatkan jatah beras miskin sebanyak 50 KK. Namun, karena adanya
kesepakatan awal yang bertempat di kantor camat beberapa waktu lalu,
beras tersebut dibagi secara merata kepada seluruh warga, sehingga
jumlahnya menjadi 214 KK termasuk yang tergolong ekonomi menengah.”Kalau
ini sudah menjadi kesepakatan warga bagaimana saya bisa mengubahnya,”
tanya Alimun.
Mengenai harga raskin, Alimun beralasan harganya tinggi dipicu
bebeberapa biaya. Seperti biaya angkut dari kantor desa dan menuju
kediamannya sehingga per kilogram dilepas Rp 2.000. “Padahal harga ini
sudah disepakati warga. Tapi kenapa sekarang mereka tiba-tiba protes,”
ujarnya.
Menyikapi masalah itu, Sekdes Tanah Beak Baharudin berjanji akan
mengumpulkan semua pihak. Kesepakatan dari semua warga menjadi syarat
utama penyelesaian namun harus tetap mengacu pada juklak. (ras)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar