2 Maret 2013
Kediri – Pengungkapan kasus dugaan penyelewengan distribusi beras jatah
warga miskin (raskin) di Kota Kediri ditengarai macet. Padahal,
sebelumnya Unit Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Polres Kediri Kota sudah
memeriksa dua pejabat Pemkot dan dari Bulog Sub Divre V Kediri.
Kemudian polisi juga secara maraton memeriksa 46 lurah yang dimungkinkan
mengetahui proses pendistribusian raskin selama ini.
Melambatnya
penyelidikan kasus dugaan penyelewengan distribusi Raskin ini,
dimungkinkan karena polisi sedang getol mengungungkap kasus dugaan
korupsi proyek Jembatan Brawijaya (JB) Kota Kediri. Sehingga tenaga
penyidik tersedot untuk menangani proyek jembatan senilai Rp 71 miliar
yang kini banyak menjadi perhatian masyarakat Kota Tahu.
Namun
masyarakat mengharapkan kepolisian tidak menyepelekan kasus Raskin,
karena ini juga menyangkut masyarakat banyak, terutama dari keluarga
miskin (gakin) di Kota Kediri.
Menurut Ketua LSM Montera, Andhi
Mahfud, kondisi ini dinilainya memprihatinkan. Kasus dugaan
penyelewengan distribusi raskin yang juga berhubungan dengan wong cilik,
juga harus mendapat perhatian serius. ”Saya khawatir kasus yang
berhubungan langsung dengan wong cilik, kurang diprioritaskan. Saya
khawatir kasus raskin akan terulang lagi,” ujar dia.
Kapolres
Kediri Kota AKBP, Ratno Kuncoro yang dikonfirmasi terkait tudingan
melemahnya pengungkapan kasus dugaan distribusi raskin, mengatakan,
dugaan kasus penyelewengan raskin, sampai kini masih dalam penanganan.
Tim penyidik Tipikor juga terus bekerja keras untuk mengungkap adanya
indikasi kecurangan distribusi raskin.
Ditambahkan Kapolres, saat
ini penyelidikan masih terus berjalan. Sejumlah saksi juga sudah
dimintai keterangannya. “Dengan penanganan yang serius ini, kami
berharap distribusi raskin di tahun - tahun mendatang tidak bermasalah
lagi dan semakin lancar. Kemungkinan adanya kecurangan juga tidak ada
lagi,” harap dia.
Sekadar diketahui, pada awal Februari lalu,
Polres Kediri Kota memeriksa para Lurah untuk melengkapi atau
melanjutkan penyelidikan dugaan penyelewengan pendistribusian raskin.
Karena distribusi raskin ditengarai tidak tepat sasaran dan diduga
mengakibatkan salah satu warga stres berat hingga melakukan tindakan
nekat, mencoba bunuh diri bersama dua anak balitanya.
Menurut
Kasubag Humas Polres Kediri Kota, AKP Surono, pemeriksaan para Lurah
terkait pembagian raskin di wilayah Kota Kediri atau di wilayah
kelurahan masing-masing yang ditengarai menyimpang.
Sementara
pemeriksaan tidak dapat dilakukan serentak, karena jumlah penyidik yang
terbatas. Sehingga penyidikan dilakukan bergiliran.
Para Lurah
yang dipanggil, jelas dia, karena dianggap tahu terkait pendistribusian
raskin. Mereka tentu tahu warganya yang mestinya menerita jatah raskin
dan tidak. Sementara ini ada dugaan, warga yang mestinya mendapat jatah
malah tidak kebagian dan sebaliknya dengan berbagai dalih. Padahal itu
tidak dibenarkan. Kejadian ini yang sedang didalami Unit Tipikor.
Sebelumnya,
Unit Tipikor juga memeriksa dua pejabat Pemkot Kediri yang diduga
terkait distribusi raskin, yaitu Kepala Badan Perencanaan Daerah
(Bapeda) Suprapto dan Kabag Perekonomian, Edi Lukmono. Selain itu polisi
juga memeriksa petinggi Bulog Sub Drive V Kediri. Pemeriksaan mereka
ini, kata Ratno Kuncoro, juga untuk mengungkap dugaan penyelewengan
distribusi raskin.
Walikota Kediri Samsul Ashar juga mendukung
pemeriksaan aparatnya terkait distribusi raskin. Apalagi, kata dia,
distribusi raskin selama ini dinilainya amburadul dan tidak tepat
sasaran. Penyebabnya, salah satunya karena data tidak akurat. Karena
itu, Walikota ingin data itu dibuat rapi dan benar. gim
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=716501e7d524d3c8335ede3ce1f976cc&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar