Rabu, 24 April 2013

Penjualan Raskin Marak di Pasar

24 April 2013

YOGYAKARTA – Penjualan beras untuk warga miskin (raskin) selain dilakukan di seputaran tempat pembagian banyak pula yang dilakukan di pasar tradisional.

Beras yang masih dalam kemasan karung 15 kg itu kemudian dijual kembali ke pedagang beras yang lebih besar. Penelusuran KORAN SINDO YOGYA, warga penerima beras jatah itu, terutama mereka yang berada tidak jauh dari pasar tradisional banyak yang memilih menjual beras miskin (raskin) di pasar. Seperti di Pasar Kelurahan Gedongkiwo, beras-beras yang terkumpul di salah satu pedagang kemudian diambil oleh pedagang menggunakan motor untuk disetorkan ke pedagang beras lain di Pasar Bantul.

Seorang pedagang menyebutkan pembelian raskin itu cukup menguntungkan karena harganyamurahdibandingkanberas lain. Masyarakat penerima jatah tidak sedikit yang menjual beras itu dibandingkan dikonsumsi, terutama setelah penyaluran beras jatah dilakukan tiap bulan. “Mereka yang jual biasanya juga ditukar beras lain,” ucapnya.

Di berbagai pasar lain, ada pula pedagang yang memilih membeli raskin untuk produksi makanan olahan. Sebagaimana disampaikan Ketua Komisi D DPRD Kota Yogyakarta Sujanarko, di kampung Guyangan, Nogotirto Gamping yang masyarakatnya banyak mengolah kupat banyak yang memilih menggunakan beras raskin itu. “Untuk dibuat kupat memang baik karena biasa keras, harganya juga murah,” ucapnya. Fenomena penjualan raskin itu memang sudah lama terjadi dan perlu dilakukan evaluasi masalah kualitas beras yang diberikan. Bilamana tidak dilakukan evaluasi, bukan tidak mungkin kejadian itu akan terus terjadi.

“Masyarakat sendiri kalau diberi (bantuan) juga milih-milih, dan itu sudah lama,” ujarnya. Seperti diberitakan sebelumnya, fenomena penjualan raskin ini banyak terjadi di masyarakat. Banyak pedagang beras yang keliling mendatangi tempat-tempat pembagian raskin. Raskin yang dibeli dari warga ini kemudian dijual kembali ke Bulog. Yono, 54, pedagang asal Kulonprogo kepada KORAN SINDO YOGYA mengaku, setiap bulan mesti datang saat kelurahan yang dituju mulai membagikan raskin.

Pria berusia 55 tahun itu menuturkan, setidaknya di tiap tempat pembagian raskin terutama pada daerah yang jauh dari pasar mesti ada pedagang seperti dia. Beras yang didapat dan masih dalam kemasan karung putih bertuliskan beras Bulog itu kemudian dijual kembali di gudang Bulog yang berada di Kabupaten Bantul. Setidaknya dari pengakuannya lebih dari 10 pedagang yang menjual di gudang itu.

“Beras ini dibawa ke Bulog, 1 kilonya dibeli Rp6.000, di sana banyak juga (beras) yang kembali,” ungkapnya. Kepala Bulog Divre DIY Darsono Imam Yuwono menuturkan, tidak mungkin Bulog membeli langsung raskin yang telah didistribusikan. Apalagi masih dalam kemasan kantong plastik seperti saat dibagikan. Bulog hanya membeli dari mitra kerja dengan persyaratan administrasi komplit dan ada surat kontraknya.

“Dengan sistem yang ada, tidak mungkin Bulog bisa beli langsung. Ada perjanjian, kontrak, dan surat yang cukup ketat,” tandasnya. muji barnugroho/ kuntadi

http://www.koran-sindo.com/node/310539

Tidak ada komentar:

Posting Komentar