Senin, 15 April 2013

Raskin di Kabupaten Garut Bau Apek dan Berkutu

15 April 2013

INILAH, Garut - Kualitas beras untuk rumah tangga miskin (raskin) yang buruk di Kabupaten Garut kembali dikeluhkan warga. Penyusutan takaran raskin masih terusmewarnai pendistribusian raskin di Kabupaten Garut hingga kini.

Seperti raskin diterima warga di Kelurahan Ciwalen Kecamatan Garut Kota pada Jumat (12/4/2013) lalu. Raskin terima mereka berbau apek kehitam-hitaman, dan terdapat banyak kutu. Per karung raskin seberat 15 kilogram diterima warga juga rata-rata mengalami penyusutan hingga sekitar 2 kilogram.

Menurut Ketua Rukun Tetangga 05 di kawasan Rukun Warga 04 Kampung Kebon Kalapa, Dadang (53), semula dia hanya melihat ada kutu pada salah satu karung beras raskin begitu kiriman raskin diterimanya.

Penasaran, dia lalu melakukan pemeriksaan terhadap karung-karung raskin lainnya. Hasilnya cukup mencengangkan. Beras pada karung-karung lainnya berkondisi sama, banyak kutu dan berbau apek.

"Kualitas rakin pada bulan April ini sangat buruk, dan tak laik konsumsi. Tapi kita tak sempat mengembalikannya ke Dolog. Beras langsung dijemur agar kutunya hilang. Tapi kalau bulan depan kualitas raskinnya seperti ini, kita akan serahkan berasnya ke Bupati," tandas Dadang,Minggu (14/4/2013),

Senada dikemukakan Ketua Rukun Warga (RW) 04, Johan. Dia menyebutkan, selain kualitas beras sangat buruk, timbangan jatah raskin per karungnya yang diterima untuk didistribusikan ke warga selalu kurang dari seharusnya. Penyusutannya mencapai sekitar 1 kilogram hingga 2 kilogram per karung kemasan 15 kilogram.

Johan menuturkan, jatah raskin untuk RW 04 mencapai sebanyak 17 karung per bulan, dari sebelumnya sebanyak 39 karung per bulan. Setiap rumah tangga sasaran dari sebanyak 87 rumah tangga sasaran raskin di lingkungan RW 04 mendapatkan jatah sekitar 2,5 kilogram, dengan harga pembelian ditebus warga sebesar Rp13.000.

Dari pihak Dolog Garut sendiri, harga raskin dipatok sebesar Rp1.800 per kilogram.
"Nah, selisih harga atau kelebihan harga ini kita gunakan untuk menutupi kekurangan timbangan beras yang kita terima dari Dolog itu. Hitungan dari Dolog-nya kan 15 kilogram per karung," ujar Johan.

Terpisah, Kepala Kelurahan Ciwalen, Uus Hasbuloh, mengakui bila pihaknya sebelumnya pernah menerima raskin untuk warga Kelurahan Ciwalen berkualitas buruk. Beras berbau apek, penuh kutu, dan tampak memar kehitaman.

"Tapi waktu itu, kita sempat menolaknya dan langsung mengembalikannya ke kantor Dolog. Sebab ketika itu, kutu beras sangat banyak. Sampai-sampai, kutu-kutu dari setiap karung beras itu keluar berkeliaran memenuhi ruangan kelurahan. Kalau yang sekarang, kami belum menerima laporan, karena baru dibagikan Jumat kemarin. Sedangkan Sabtu dan Minggu kan libur," papar Uus.

Dia tak memungkiri kasus buruknya kualitas raskin diterima warga di lingkungan Kelurahan Ciwalen kembali terjadi. Apalagi biasanya, pengecekan kualitas beras tidak dilakukan pada setiap karung melainkan beberapa karung beras sebagai sampel.

"Pengecekan hanya dilakukan terhadap sekitar 12 karung sebagai sampel. Padahal memang kiriman raskin ke Kelurahan Ciwalen ini setiap bulannya mencapai 300 buah karung, atau setara 3 ton beras. Soal penyusutan, itu biasa terjadi sejak lama," ujar Uus.

Buruknya kualitas raskin juga sempat dikeluhkan warga Desa Wanakerta Kecamatan Cibatu. Tak jauh berbeda dengan kondisi raskin diterima warga Kelurahan Ciwalen, beras diterima warga Desa Wanakerta juga banyak berkutu, kotor kehitaman, dan berbau apek.
"Enggak tahu kenapa bisa jelek begini. Padahal kiriman raskin sebelumnya tak seburuk ini," kata Robi bin Efendi, salah seorang warga.[den]

http://m.inilah.com/read/detail/1978178/raskin-di-kabupaten-garut-bau-apek-dan-berkutu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar