Senin, 13 Mei 2013

Data BPS Kacau, Bengkulu Tengah Tolak Raskin

13 Mei 2013

RBI, BENTENG – Tidak hanya Pemkab Mukomuko saja yang menolak bantuan beras miskin (Raskin) dan menjadi satu-satunya kabupaten di Indonesia yang menolak raskin. Hal yang sama dilakukan  Pemda Bengkulu Tengah (Benteng) dan seluruh Kades dari 10 kecamatan secara resmi menyatakan menolak program nasional pengaman sosial berupa kuota beras bagi masyarakat miskin (raskin). Itu disepakati dalam rapat yang dipimpin Asisten II, Winardi Panggarbesy dengan seluruh camat, bagian pemerintahan setda dan seluruh kades se Benteng yang digelar di aula Setda pada Sabtu (30/6/2012).
Penolakan jatah raskin pada periode ini lantaran kuota bagi Benteng terjadi penurunan sangat drastis, dari sebelumnya 12.792 rumah tangga sasaran (RTS) menjadi 5.084 RTS. Selain itu seluruh Kades juga menganggap data dari BPS merupakan data mengada-ada lantaran tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Akibatnya Kades juga merasa kesulitan dan keberatan membagikan raskin itu jika dipaksakan. “Jelas kami menolak pembagian Raskin pada periode ini jika data yang digunakan masih menggunakan data dari BPS (badan pusat statistik). Dari angka yang mereka paparkan jelas akan menjadi bumerang bagi kami jika diterima dan dibagikan,” kata Kades Pasar Pedati Kecamatan Pondok Kelapa, Rahaya.
Pernyataan penolakan juga disampaikan Kades Taba Tengah Kecamatan Merigi Sakti, Hartoni. Menurutnya data BPS yang dijadikan sebagai acuan pembagian raskin periode Juli hingga Desember mendatang sangat tidak akurat. Sebab ada beberapa warga yang sudah lama meninggal masih masuk sebagai penerima, termasuk warganya yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas masih dimasukan sebagai penerima. Sedangkan yang benar membutuhkan malah dicoret atau tak disepakati pihak BPS, bahkan data yang ia ajukan sebagai pendata juga tidak dipakai oleh pihak BPS. “Saya ikut dalam pendataan, di Desa Taba Tengah kami masukan sebanyak 49 RTS, di Desa Talang Donok sebanyak 69 RTS. Namun hasil yang dikeluarkan BPS malah berbeda dengan yang kami usulkan, seperti di Taba Tengah 9 RTS dan Talang Donok 7 RTS semuanya menurut pandangan kami belum layak menerima sebab masih banyak yang lebih pantas membutuhkan. Pertayaan kami, kemana sisa data yang kami ajukan? Sebab itulah kami sangat menolak Raskin jika menggunakan data dari BPS,” kata Hartoni.
Sementara itu, Camat Karang Tinggi Ismail Bakaria yang hadir dalam rapat mengatakan dari data yang ia terima di BPS jelas ia sangat meragukan keabsahan data itu. Pasalnya di kecamatan yang ia pimpin itu hanya 5 desa yang terakomodir menerima raskin, sedangkan 7 desa lainnya tak ada data penerima raskin. “Kecamatan Karang Tinggi ada 12 desa, kok yang masuk hanya 5 desa? Apakah desa lainnya tidak membutuhkan lagi? Ternyata setelah kami cross check ke lapangan mereka sangat membutuhkan. Sebab itu kami meragukan data dari BPS. Kami imbau Raskin jangan dibagikan sebelum ada kejelasan mengenai hal ini. Jika dipaksakan jelas ini akan menjadi petaka dan bumerang bagi Kades,” jelas Ismail.
Setelah cukup lama berdiskusi dan berdebat, akhirnya forum itu mensepakati Benteng secara resmi menolak Raskin pada periode ini. Penolakan itu akan disampaikan langsung pada pihak kementrian kesejahteraan sosial dengan dilampiri berita acara dan pernyataan dari setiap Kades. “Kesimpulannya ya menolak, secepatnya kami akan sampaikan surat dan lampiran-lampiran penguat penolakan itu. semoga saja bisa menjadi dasar bagi pihak kementrian untuk memberikan kebijakan bagi Benteng,” kata Kabag Ekonomi, Mitrul A Jemi sebagai leading sector pembagian Raskin. (tan)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar