Sabtu, 23 November 2013

Hwaduh, Beras Raskin Kok Berkutu dan Bau

22 November 2013

Jurnas.com | WARGA miskin di Kota Balikpapan mengeluhkan kualitas beras miskin (raskin) yang dijual dengan harga murah. Pasalnya beras tersebut dianggap tidak layak dikonsumsi karena berbau adan berkutu. “Kualitas berasnya tidak sangat layak, masa bau apak dan berasnya juga ada kutunya, pokoknya tidak bagus untuk dikonsumsi,” kata Sunarti warga miskin di Kelurahan Damai Balikpapan Selatan, kepada Jurnas.com, Kamis (21/11).

Beras tersebut, dijual Rp 1.600 per kilogram, masing-masing keluarga miskin mendapat jatah hanya 15 kilogram atau harus mengeluarkan kocek sebesar Rp 24 ribu. Karenanya banyak warga yang enggan membeli beras miskin itu. ‘Bagaimana mau beli kalau kualitas berasnya seperti itu, kalau dimasak nasinya juga jadi keras, di Kelurahan dama setahu saya banyak masyarakat yang akhirnya tidak jadi membeli, karena kualitasnya tidak bagus, tentu kita kecewa,” tuturnya.

Hal senada dikatakan warga lainnya bernama Suriansyah yang beralamat di Kelurahan Damai, Balikpapan Selatan. Dia pun mengurungkan niatnya membeli beras miskin tersebut. “Saya sudah lihat juga memang kualitasnya buruk, makanya saya juga tidak beli, masa keluarga saya harus mengkonsumsi beras kualitas seperti itu,” sebutnya.

Warga pun terpaksa membeli beras yang harganya jauh lebih mahal. Mereka tidak memiliki pilihan kecuali membeli beras yang harganya tidak sebanding dengan penghasilan, ketimbang membeli beras miskin tersebut. “Saya terpaksa beli beras harganya cukup mahal per kilo nya sampai 10 ribu, tapi mau bagaimana meski sangat mahal, tapi kita tidak mungkin makan beras kualitas begitu, kan tidak mungkin keluarga saya tidak makan, kalau pun harganya mahal,” bebernya.

Pejabat Kelurahan Damai Balikpapan Titik Mudianti tidak menampik, bahwa kualitas beras mikin di bawah standar. Kendati begitu, pihaknya kata Titik hanya bertugas mendistribusikan beras miskin itu bagi keluarga yang tidak mampu. Diakuinya, warga miskin rata-rata enggan membeli beras tersebut, karena kualitasnya yang tidak bagus. “Kami hanya melaksanakan program pemerintah menyalurkan beras, jadi soal kualitas berasnya bukan wewenang kami, memang warga enggan beli,” ujar Titik.

Menurutnya, karena warga enggan beli, beras tersebut untuk sementara disimpan di gudang Kantor Kelurahan. Pihaknya sudah menyampaikan ke Bulog selaku distributor, agar segera diambil, karena warga enggan membelinya. “Saya sudah menghubungi pihak Bulog terkait raskin yang tidak diambil warga, dan responnya pihak bulog akan diambil kembali tapi sampai sekarang tidak juga diambil-ambil sampai kelamaan disimpan jadinya tidak layak konsumsi,” jelasnya.

Dia menambahkan, warga miskin yang tercatat sebagai penerima beras miskin ketika ingin mengambil jatah beras miskin itu harus menunjukkan bukti surat-surat. “Seperti kartu keluarga maupun kartu gakin, kalau tidak ya gak bisa,” katanya.

Reporter : Teddy Rumengan
Redaktur : Iwan Samariansyah

http://www.jurnas.com/news/115045/Hwaduh_Beras_Raskin_Kok_Berkutu_dan_Bau/1/Sosial_Budaya/Humaniora

Tidak ada komentar:

Posting Komentar