Senin, 30 Maret 2015

Warga Keluhkan Raskin Buruk

Minggu, 29 Maret 2015

Magelang – Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP mendapat keluhan dari warga terkait beras miskin (raskin) berkualitas buruk yang masih mereka terima.  Keluhan tersebut datang dari warga Desa Keji Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang saat sedang melakukan video conference di acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Wilayah (Musrenbangwil) eks Karesidenan Kedu di Kantor Bakorwil II, Jumat (27/3)

“Selain bau, beras banyak kutu dan berwarna agak kekuning-kuningan,” kata Ketua PKK Desa Keji, Kurniawati kepada Ganjar.

Ditambahkannya, karena tidak dapat dikonsumsi, warga memilih untuk menjual beras raskin tersebut dan kemudian dibelikan beras yang lebih layak konsumsi. Untuk itu, dirinya meminta Ganjar untuk memperbaiki kualitas beras raskin agar tidak ada lagi keluhan.

Namun keluhan warga tersebut disanggah Sekda Kabupaten Magelang Agung Trijaya yang mewakili Bupati Magelang hadir dalam Musrenbangwil. Menurutnya sebelum dibagikan, timnya selalu melakukan pengecekan terhadap kualitas beras.

“Petugas kecamatan mengontrol terus. Kalau jelek akan dikembalikan lagi ke Bulog,” katanya.

Saat mendapat aduan buruknya kualitas raskin, Ganjar mengaku sudah tidak kaget. Menurutnya itu sudah menjadi masalah klasik yang hingga kini belum ada pemecahannya. Dirinya menilai pola penyimpanan dan panjangnya rantai distribusi di Gudang Bulog menjadi salah satu penyebabnya.

“Pemilihan beras yang tidak bagus serta penyimpanan di Bulog terlalu lama. Makanya saya ingin agar Bulog punya alat perawatan beras agar dapat bertahan lama,” kata mantan anggota DPR RI tersebut.

Untuk menyelesaikan masalah raskin, pihaknya sudah menyampaikan kepada pemerintah pusat agar mengubah sistem distribusi raskin. Ganjar berpendapat jika pola tidak diganti, persoalan raskin akan terus ada. Diapun mengusulkan adanya Gudang Bulog kecil di tiap desa agar distribusi ke warga lebih cepat. Selain itu, dia meminta warga yang menerima raskin tidak layak konsumsi segera mengembalikan ke Bulog dan meminta yang baru.

“Saya imbau masyarakat, kalau dapat raskin buruk dikembalikan. Jangan dijual, karena beras itu akan piknik saja,” katanya.

Masalah raskin ini merupakan salah satu dari masalah kemiskinan yang lebih banyak dibahas dalam musrenbangwil eks Karesidenan Kedu. Untuk mengentaskan kemiskinan, Ganjar mengapresiasi usulan dari Kabupaten Wonosobo yang melakukan indikasi kemiskinan melalui assessement kepada publik. Dengan assessment tersebut data kemiskinan tidak bergantung lagi kepada BPS yang selama ini dinilai kurang valid.  Karenanya, Ganjar membuat tim yang nantinya dikirim untuk melakukan studi banding ke Kabupaten Wonosobo.

“Masalah kemiskinan, kami lagi buat tim. Nanti saya minta untuk studi ke Wonosobo yang sudah di assess ke beberapa tempat. Saya lebih suka angka absolute miskin untuk ukuran masyarakat,” tuturnya.

Sementara untuk masalah galian C yang saat ini memang digencar ditertibkan, pemerintah Kabupaten Wonosobo mengusulkan kepadanya agar di switching ke peternakan sapi perah dan kambing.  Sebab, ada sekitar 7.800 hektare lahan yang sudah diapresiasinya. Dia berpandangan switching tersebut dapat dikatakan agro techno park yang bisa dijadikan contoh bagi  daerah-daerah lain yang memiliki banyak galian C, baik legal maupun ilegal.

“Switching yang disampaikan Pak Bupati Wonosobo itu bagus. Agro techno park bisa dijadikan percontohan,” pungkasnya.

Selain menghadiri Musrenbangwil eks Karesidenan Kedu di Bakorwil II, Ganjar menyempatkan diri untuk meninjau IPAL komunal di tengah kota yang ada di Kota Magelang. Menurutnya IPAL yang anggarannya mencapai Rp 400 juta tersebut dapat dijadikan percontohan tata kelola IPAL yang selama ini banyak dikeluhkan warga.

http://jatengprov.go.id/id/berita-utama/warga-keluhkan-raskin-buruk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar